Ticker

6/recent/ticker-posts

Header Ads Widget

Meski Ekonomi Sumut Tumbuh Baik di Triwulan III, Jaring Pengaman Sosial Wajib Ditingkatkan

Pemerhati keuangan Sumut, Gunawan Benjamin.suaratani.com-ist

SuaraTani.com – Medan| Ekonomi Sumatera Utara (Sumut)  pada triwulan III  tumbuh 4.97% secara year on year, sementara secara q to q, ekonomi Sumut bertumbuh 2,24%.

Pertumbuhan positif tersebut memang lebih rendah dibandingkan dengan rata rata pertumbuhan nasional yang mencapai 5.7%, akan tetapi pertumbuhan ekonomi Sumut yang lebih rendah tersebut tidak terlepas dari kebijakan pemerintah yang memberlakukan pembatasan ekspor CPO serta menurunnya harga komoditas CPO di kuartal ketiga hingag saat ini.

Pemerhati keuangan Sumut, Gunawan Benjamin, mengatakan, jika membandingkan pertumbuhan ekspor Sumut triwulan III pada tahun 2021, maka pertumbuhan ekspor Sumut di triwulan III  massih lebih rendah. 

“Di triwulan III 2021 ekspor Sumut mampu tumbuh 7.2%, sementara di triwulan III tahun ini hanya tumbuh 5.38%. Perlambatan pertumbuhan tersebut justru terjadi di tahun 2022 yang notabene harga CPO rata rata mengalami kenaikan bahkan dibandingkan dengan priode yang sama tahun sebelumnya,” sebut Gunawan Benjamin di Medan, Senin (7/11/2022).

Sumut menurut Gunawan semestinya bisa mendapatkan windfall dari kenaikan harga komoditas CPO yang bahkan sempat mencapai RM7.100 per ton. 

Kisruh harga minyak goreng yang sempat dikeluhkan oleh masyarakat menjadi titik awal ekspor Sumut yang tidak maksimal, padahal ekspor ini yang menjadi kontribusi pertumbuhan PDRB tertinggi kedua setelah konsumsi rumah tangga jika dilihat dari sisi pengeluaran.

Selanjutnya dari sisi pengeluaran yang harus diwaspadai adalah konsumsi rumah tangga yang pertumbuhannya -0.22% secara triwulanan. 

Memang konsumsi rumah tangga ini bisa mengalami penurunan karena titik  puncak konsumsi ada di triwulan kedua. Namun ada banyak hal yang harus dicamkan baik baik, dimana September telah terjadi kenaikan harga BBM dan tentunya telah mendorong laju kenaikan inflasi.

Ditambah lagi ada pelemahan mata uang rupiah yang belakangan ini yang berpeluang memicu terjadinya inflasi. Dan harga CPO pada dasarnya dalam tren turun jika membandingkan kinerjanya pada bulan Mei yang mencapai titik tertinggi. 

Selanjutnya perlambatan kinerja ekspor juga tengah mengancam seiring dengan proyeksi banyak negara tujuan ekspor Sumut yang masuk dalam resesi.

Ditambah lagi kebiijakan moneter ketat yang diambil oleh BI juga turut membebani ekonomi Sumut karena suku bunga tinggi akan membuat  pertumbuhan mengalami perlambatan. 

“Jadi Sumut memiliki masalah mendasar dalam mengakselerasi pertumbuhan ekonominya di bulan bulan mendatang. Dimulai dari masih berlanjutnya ancaman inflasi, tren ekspor yang terganggu resesi ekonomi global, dan masalah dunia usaha yang terbebani dengan bunga tinggi,” sebutnya.

Karena itu lanjut Gunawan, tantangannya kedepan cukup berat, belanja pemerintah harus diakselerasi. Selain itu, daya beli masyarakat Sumut belakangan terganggu seiring dengan mulai banyak fenomena karyawan kontrak yang dirumahkan.

 Jadi PR kedepan adalah bagaimana menjaga daya beli agar konsumsi rumah tangga bisa tetap menopang PDRB.

Karena sepanjang tahun 2022 ini, gangguan ekonomi eksternal (global) mulai terlihat meningkat tekanannya pada ekonomi Sumut di kuartal ketiga hingga saat ini. 

“Saya menyarankan agar jaringan pengaman sosial semestinya bisa ditingkatkan agar menjadi bumper penyelamat ekonomi Sumut kedepan,” pungkasnya. *(ika)