Ticker

6/recent/ticker-posts

Header Ads Widget

Virus Keriting Dominasi Serangan OPT pada Tanaman Cabai Merah di Sumut

Gerakan penegendalian OPT pada tanaman cabai merah di Desa Siponjol, Kecamatan Lintung Nihuta, Kabupaten Humbahas. suaratani.com - ist

SuaraTani.com – Medan| Sepanjang tahun 2022, luas serangan organisme pengganggu tumbuhan (OPT) pada tanaman cabai merah milik petani di Provinsi Sumatera Utara (Sumut)  mencapai 4.038,7 hektare.

“Itu angka secara kumulatif sepanjang tahun 2022,” ujar Kepala UPT Perlindungan Tanaman Pangan dan Hortikultura (TPH), Dinas Tanaman Pangan dan TPH Sumut, Marino, Senin (2/1/2023), di Medan.

Dikatakannya, OPT yang menyerang pertanaman cabai merah milik petani yakni antraknosa, bercak daun atau cercospora, busuk daun, lalat buah, layu fusarium, aphis, virus keriting, trips, ulat grayak, virus kuning dank utu kebul.

Dari jenis OPT tersebut, virus keriting yang paling banyak menyerang dengan luas serangan berkisar 974,8 hektare dengan tingkat serangan ringan, dan 20,2 hektare dengan serangan sedang, 0,1 hektare dengan serangan berat.

Untuk serangan OPT jenis virus kuning luas serangannya mencapai 906,4 hektare dengan tingkat serangan ringan, dan 36,2 hektare dengan tingkat serangan sedang.

Selanjutnya, serangan antraknosa mencapai 903,61 hektare dengan tingkat serangan ringan dan 4,15 hektare dengan tingkat serangan sedang.

Sedangkan tanaman cabai merah yang diserang oleh OPT jenis trips luasanya mencapai 509,1 hektare dengan tingkat serangan ringan dan 16,1 hektare tingkat seraangan sedang.

“Itulah OPT yang mendominasi menyerang tanaman cabai merah petani kita. Dan, tidak ada serangan yang menyebabkan tanaman puso atau mati. Tingkat serangan hanya berada pada serangan ringan, sedang dan berat,” kata Marino.

Untuk serangan berat pun, kata Marino, luasannya relatif kecil, berkisar 1,1 hektare. Kemudian, serangan sedang 79 hektare dan ringan 3.958,6 hektare.

“Petugas kita di lapangan senantiasa melakukan monitoring di lapangan. Jadi, begitu ada serangan langsung dilakukan pengendalian. Jangan sampai tanaman mengalami puso atau petani gagal panen,” ujar Marino.

Dikatakannya, dalam mengendalikan serangan OPT pada tanaman cabai merah yang menjadi penyumbang inflasi, pihaknya melakukan beberapa upaya.

Diantaranya, mengajak para petani untuk melakukan gerakan pengendalian secara preventif sebelum terjadi serangan. 

Kemudian, memberikan bantuan pestisida yang ramah lingkungan serta melakukan monitoring ke seluruh pertanaman.

“Petugas-petugas kita di lapangan langsung memberikan laporan begitu ada serangan OPT pada tanaman cabai merah. Makanya tidak ada tanaman yang mengalami puso,” ujar Marino. * (junita sianturi)