SuaraTani.com – Medan| Gonjang ganjing pada perekonomian AS bakal membuat pasar keuangan di tanah air dalam tekanan besar.
Di akhir pekan kemarin, mayoritas bursa saham di Amerika dan Eropa mengalami tekanan hebat, yang bisa merembet ke pasar keuangan lainnya, tanpa terkecuali pasar keuangan di tanah air.
Hal utama yang memicu kekuatiran pasar saat ini adalah kebangkrutan yang dialami oleh salah satu Bank terbesar di AS, yakni Silicon Valley Bank yang bisa menggerus saham perbankan di banyak negara.
Selain itu selama sepekan kedepan ada banyak agenda ekonomi besar baik dari dalam negeri dan luar negeri.
Dari tanah air akan ada rapat Gubernur Bank Indonesia yang diproyeksikan akan tetap mempertahankan besaran suku bunga acuannya di level 5.75%.
Jika BI tetap mempertahankan besaran bunga acuannya tersebut, maka potensi rupiah melemah cukup terbuka dalam sepekan kedepan.
Karena disisi lainnya, rilis data inflasi inti AS serta inflasi Februari (YoY) bisa menambah tekanan selanjutnya.
Sejauh ini kata Analis Keuangan Sumatra Utara (Sumut), Gunawan Benjamin, inflasi inti di AS diproyeksikan akan turun dikisaran 5.5% secara year on year, sementara inflasi secara keseluruhan diperkirakan turun hingga 6%.
Tetapi jika rilis data inflasi justru lebih besar dari ekspektasi, akan sangat berpeluang memicu tekanan pada rupiah.
Karena bunga acuan The FED diproyeksikan akan berada dalam skenario yang paling besar yakni 6%. Perjalanan masih panjang bagi suku bunga acuan The FED untuk berhenti di level tersebut.
“Saya melihat potensi tekanan pada bursa saham khususnya saham saham sektor perbankan. Pelaku pasar perlu mewaspadai potensi tekanan tersebut,” ujar Gunawan Benjamin, di Medan, Senin (13/3/2023).
Gunawan menyebutkan, keruntuhan Bank terbesar di AS in seakan mengulang masa suram krisis yang sempat terjadi pada tahun 2008 sebelumnya.
Dengan tekanan yang cukup besar pada bursa saham global belakangan ini, ia menilai indeks harga saham gabungan (IHSG) berpeluang untuk menguji level 6.600 di pekan ini.
“Sentimen buruk dari sillicon valley bankm asih akan mempengaruhi kinerja bursa saham di banyak negara termasuk IHSG,” katanya.
Selanjutnya mata uang rupiah diproyeksikan juga berpeluang untuk mengalami pelemahan pada perdagangan pekan ini.
Tren US dolar yang menguat seiring dnegan tingginya inflasi membuat pasar kian menghawatirkan daya tarik US dolar di pasar keuangan global.
Rupiah di pekan ini diperkriakan bergerak dalam rentang 15.400 hingga 15.600 per US dolarnya.
Sementara untuk harga emas sendiri, diproyeksikan akan menguat meskipun dibayangi dengan laju inflasi AS yang bisa saja merealisasikan angka di atas ekspektasi.
Namun emas diyakini tidak akan begitu tertekan, karena pada dasarnya emas sangat diuntungkan dengan gejolak ekonomi di AS saat ini.
Emas sendiri diproyeksikan akan bergerak dalam rentang US$1.835 hingga US$1.900 per ons troy nya. *(ika)