Ticker

6/recent/ticker-posts

Header Ads Widget

Pekan Ini, IHSG Dibayangi Penurunan Harga Komoditas

Grafik pergerakan IHSG. Di pekan ini, IHSG masih berpeluang alami tekanan terutama untuk emiten komoditas sawit dan batubara.suaratani.com-ist

SuaraTani.com - Medan| Kinerja banyak bursa di Eropa dan Amerika pada perdagangan akhir kemarin membaik seiring dengan kesepakatan penambahan pagu hutang Amerika Serikat (AS).

Meskipun ancaman belum sepenuhnya hilang, resesi siap mengancam ekonomi AS, serta ditambah sejumlah kekhawatiran apakah Bank Sentral AS akan kembali menaikkan bunga acuannya atau tidak dibulan juni ini.

Sementara  bursa saham di tanah air justru menghadapi tekanan besar di akhir pekan kemarin.

Indeks harga saham gabungan (IHSG) sempat ditransaksikan di bawah level 6.600, sebelum akhirnya ditutup di level 6.633 dimasa injury time.

"Kenaikan kinerja IHSG tersebut terdorong oleh aksi beli saham GoTo yang tiba-tiba naik hingga dibatas level atas atau ARA (Auto Reject Atas)," sebut Analis Keuangan Sumatra Utara (Sumut), Gunawan Benjamin di Medan, Minggu (4/6/2023).

Gunawan menilai, selama sepekan kedepan, dampak penguatan bursa di Eropa dan AS tidak akan memberikan banyak pengaruh terhadap kinerja IHSG.

Pasar saham di tanah air ditekan oleh penurunan harga komoditas seperti batu bara dan sawit yang sangat potensial menekan kinerja emiten komoditas di BEI.

Kinerja saham perbankan maupun konsumer sangat berpeluang untuk jadi bumper penahan tekanan pada IHSG.

Rilis data inflasi di awal pekan juga atidak akan berpengaruh banyak bagi pasar saham.

"Inflasi nasional diproyeksikan akan lebih rendah secara year on year (tahunan) di kisaran level 4.2%, meskipun secara bulanan atau month to month berpeluang untuk tetap mengalami kenaikan," terangnya.

Selain Inflasi ada data indeks pembelian manufaktur di tanah air.
Sejauh ini angkanya masih diatas 50 atau masuk periode ekspansif.

Penurunan kinerja indeks tersebut sangat berpeluang untuk memberikan tekanan pada kinerja pasar saham di tanah air.

Dan belakangan ini, sektor manufaktur China yang terkontraksi juga sangat berpeluang menekan kinerja pasar keuangan di tanah air.

Sebaiknya pelaku pasar mewaspadai data manufaktur tersebut karena memberikan gambaran terkait dengan kinerja manufaktur di tanah air, dan tentunya jadi cermin aktifitas ekonomi dengan skala yang lebih luas.

"Dalam sepekan kedepan saya memperkirakan IHSG akan bergerak dalam rentang 6.500 hingga 6.650. Disisi lain mata uang rupiah akan ditransaksikan dalam rentang 14.930 hingga 15.070 per dolar AS dalam sepekan," terangnya.

Untuk harga emas, diproyeksikan akan mengalami tekanan dalam rentang US$1.900 hingga US$1.950 per ons troynya.

Dilema yang dihadapi AS saat ini, dimana data ketanaga kerjaan masih membaik sekalipun inflasi tinggi, memicu ketidakpastian apakah suku bunga acuan akan kembali dinaikkan atau justru membiarkan AS masuk dalam jurang resesi.

Dan untuk sementara dilema tersebut cenderung merugikan kinerja harga emas. *(ika)