Ticker

6/recent/ticker-posts

Header Ads Widget

Produksi Susu Masih Rendah, Kemenperin Dukung Industri Bina Peternak Sapi

Direktur Jenderal Industri Agro Kemenperin, Putu Juli Ardika pada acara Kick-off Program Young Progressive Farmers Academy PT Frisian Flag Indonesia di Jakarta, Rabu (31/5/2023).suaratani.com-ist

SuaraTani.com – Jakarta| Kementerian Perindustrian (Kemenperin) terus mendorong peningkatan produktivitas industri pengolahan susu di dalam negeri. 

Upaya ini untuk memenuhi kebutuhan produk olahan susu di pasar domestik maupun global yang semakin meningkat.

Direktur Jenderal Industri Agro Kemenperin, Putu Juli Ardika, mengemukakan, saat ini tingkat konsumsi susu per kapita masyarakat Indonesia sebesar 16,9 kg per kapita per tahun setara susu segar. 

“Jumlah ini perlu dipacu lagi untuk bisa bersaing dengan negara-negara ASEAN lainnya. Apalagi, peluang peningkatan konsumsi susu di Indonesia masih sangat besar, yang membuat investor berlomba-lomba untuk meningkatkan investasi di bidang industri pengolahan susu,” ungkapnya.

Namun demikian, dalam rangka peningkatan produktivitas industri pengolahan susu, diperlukan langkah untuk menjaga ketersediaan bahan baku. 

Sebab, kondisi saat ini, hanya sekitar 20% bahan baku susu yang dipasok dari dalam negeri.

“Masalah ini disebabkan laju pertumbuhan produksi susu segar di dalam negeri, yaitu sebesar rata-rata 1% dalam enam tahun terakhir, sehingga tidak dapat mengimbangi laju pertumbuhan kebutuhan bahan baku industri pengolahan susu yang tumbuh rata-rata 5,3%,” sebut Putu.

Menurutnya, kendala utama dalam pengembangan produksi susu segar dalam negeri (SSDN) adalah masih sedikitnya populasi sapi perah di Indonesia (sekitar 592 ribu ekor), rendahnya produktivitas sapi perah rakyat (8-12 liter per ekor per hari), dan tingginya rasio biaya pakan dengan hasil produksi susu (0,5-0,6).

Selain itu, minimnya kepemilikan sapi perah peternak rakyat (2-3 ekor per peternak), biaya pembesaran (rearing) anakan sapi perah yang cukup mahal, kurangnya pemahaman peternak rakyat akan Good Dairy Farming Practices (GDFP), serta masih minimnya minat anak muda untuk menjadi peternak.

Oleh karenanya, guna mengatasi berbagai persoalan dalam pengembangan SSDN, diperlukan dukungan dan kebijakan pemerintah yang berpihak kepada penanganan di sektor hulu baik koperasi susu dan peternak sapi perah. 

Misalnya, Kemenperin telah memberikan bantuan sebanyak 84 cooling unit kepada 68 koperasi susu di wilayah Jawa Barat, Jawa Tengah dan Jawa Timur.

“Pada tahun 2021, kami telah membantu mendirikan Milk Collection Point (MCP) di koperasi susu di Pengalengan, Jawa Barat, dan pada tahun 2022 kami melakukan digitalisasi di 40 tempat penerimaan susu (TPS) di Jawa Timur untuk mendukung implementasi program industri 4.0,” tutur Putu.

Lebih lanjut, Dirjen Industri Agro juga menegaskan, keberhasilan pengembangan SSDN memerlukan kolaborasi berbagai pihak. 

Contohnya, Kemenperin terus mendorong industri pengolahan susu (IPS) untuk ikut hadir dan berperan aktif dalam mengatasi berbagai masalah persusuan di sektor hulu, khususnya melalui program kemitraan yang saling menguntungkan dengan koperasi susu dan peternak sapi perah rakyat.

“Kami mengapresiasi komitmen dan upaya PT Frisian Flag Indonesia untuk terus mengembangkan dan memperkuat kemitraan dengan koperasi dan peternak sapi perah yang sudah dijalin selama bertahun-tahun melalui berbagai program dan pola kemitraan seperti Dairy Village, MCP, Farmer to Farmer (F2F), dan program Young Progressive Farmers Academy (YPFA),” paparnya.

Program YPFA sudah diinisiasi oleh PT FFI sejak tahun 2016. Tujuannya untuk regenerasi peternak sapi perah lokal. 

Selanjutnya, peternak muda yang terpilih melalui beberapa tahap seleksi akan diberikan pelatihan intensif yang meliputi pengetahuan teknis sapi perah, manajemen peternakan, dan pengelolaan keuangan dari para ahli (expert). 

Selain itu, peternak muda juga akan dikirim ke Belanda untuk belajar langsung dari peternak sukses yang dibina oleh FrieslandCampina. *(jasmin)