Ticker

6/recent/ticker-posts

Header Ads Widget

Kelola Energi di Tengah Konflik, Ini Upaya Strategis Pemerintah

Forum BUMN 2024 di Jakarta, Selasa (30/4/2024). foto: ist

SuaraTani.com - Jakarta| Pemerintah menyoroti konflik Timur Tengah yang berkepanjangan dan berimbas pada ketahanan energi global. 

Adanya volatilitas ketidakpastian komplesitas dan ambiguitas ekonomi turut memengaruhi perkembangan penawaran (supply), permintaan (demand), dan harga minyak mentah global.

"Konflik middle east mengganggu (pergerakan) harga. Apalagi demand global juga mengalami kelemahan. Ini yang harus kita pecahkan solusi terhadap VUCA," kata Kepala Biro KLIK Kementerian ESDM, Agus Cahyono Adi.

Ia mengatakan itu mewakili Sekretaris Jenderal Kementerian ESDM pada acara Forum BUMN 2024 di Jakarta, Selasa (30/4/2024).

"Saat ini kami menjaga agar pasokan BBM ada. Kita akui masih terpapar suplai minyak mentah kita banyak bergantung pada impor," tambahnya.

Sejalan dengan target Emisi Nol Bersih atau Net Zero Emission tahun 2060 atau lebih cepat, pemerintah masih menempatkan energi fosil sebagai transisi.

Untuk pemenuhan kebutuhan energi primer sebelum sepenuhnya beralih ke energi yang lebih bersih dan ramah lingkungan.

"Di masa transisi ini kita memang masih membutuhkan. Alhamdulillah kita masih memiliki reserve (cadanngan) dan produksi yang cukup," jelas Agus.

Berdasarkan data Kementerian ESDM, saat ini produksi minyak bumi Indonesia adalah 605.723 Barrel Oil Per Day (BOPD). Gas bumi sebesar 6.630 Million Standard Cubic Feet per Day (MMSCFD). 

Sementara jumlah cadangan minyak bumi sebesar 2.413,2 Million Barrels of Oil (MMBO) dan cadangan gas bumi adalah 35,30 Triliun Cubic Feet (TCF.).

Untuk reserve to production ratio minyak bumi adalah 10,92 persen dan serve to production ratio gas bumi adalah 14,59 persen.

"Ini tantangan buat korporasi untuk melakukan eksplorasi dan PT Pertamina sendiri sudah mengelola sebagian besar blok-blok strategis migas. Untuk berkolaborasi dengan global oil company," ungkap Agus.  

Masa Depan EBT

Kendati begitu, pemerintah terus mengoptimalkan pemanfaatan energi baru dan terbarukan (EBT) sebagai modal ketahanan energi di masa mendatang. 

Salah satu fokus yang diambil adalah mengonversi sumber EBT menjadi dasar energi elektrifikasi. 

"Ini memudahkan kita untuk mengatur energi primer. Kita tahu mengangkut, menyambung, mengirim listrik lebih mudah dibandingkan energi lainnya. Ini modal besar," ungkap Agus.

Selain elektrifikasi melalui penggunaan kompor induksi hingga kendaraan listrik, moratorium pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) dan pensiun dini juga dianggap penting mempercepat transisi energi menuju NZE. 

Adapula implementasi teknologi ekuifier energi fosil, seperti Carbon Capture Storage (CCS), hidrogen dan amonia sampai penerapan efisiensi energi.

Dikatakannya, pemerintah akan memberikan perhatian penuh pengembangan EBT terkait keekonomian dan teknologi, infrastruktur. Begitu juga dengan pendanaan, dinamika sosial, dan penggunaan Tingkat Komponen Dalam Negeri (TKDN). 

"Khusus TKDN bisa menjadi driver ekonomi, di-assmbling di sini dan bisa memberikan manfaat ekenomi yang lebih besar," jelas Agus. * (putri)