Ticker

6/recent/ticker-posts

Header Ads Widget

Komisi IV: Perlu Strategi Jitu Tingkatkan Produksi Beras Lokal

Wakil Ketua Komisi IV DPR RI Anggia Erma Rini mengikuti Kunjungan Kerja Spesifik Komisi IV DPR mengunjungi Kompleks Pergudangan Bulog di Sangiang, Kabupaten Tangerang, Senin (1/4/2024). foto: ist

SuaraTani.com - Tangerang| Wakil Ketua Komisi IV DPR RI Anggia Erma Rini mengatakan, perlu adanya strategi jitu untuk meningkatkan produksi beras lokal. Hal ini guna dapat memenuhi kebutuhan masyarakat. 

Melonjaknya harga beras yang terjadi akhir-akhir ini merupakan yang tertinggi dalam sejarah.Selain disebabkan perubahan iklim (El Nino) yang menyebabkan musim tanam mundur, penurunan produksi juga diakibatkan adanya konversi lahan pertanian.

Khususnya lahan sawah ke penggunaan non-pertanian di sentra-sentra produksi padi terutama di Jawa.

"Karena produksi beras kita hari ini tidak bisa memenuhi kebutuhan masyarakat, jadi harus ada kebijakan," kata Anggia.

Ia mengatakan itu saat mengikuti Kunjungan Kerja Spesifik Komisi IV DPR mengunjungi Kompleks Pergudangan Bulog di Sangiang, Kabupaten Tangerang, Senin (1/4/2024).

Sekarang juga lanjut Anggia, banyak tanah pertanian dipakai untuk hunian. Selain itu untuk benih ini harus yang berkualitas sehingga memotivasi para petani.

"Untuk panen tidak perlu lama dan sekali panen menghasilkan yang lebih banyak. Lalu teknologi yang efisien harus mulai diperkenalkan,” ujarnya.

 Ia menambahkan, termasuk juga ketersediaan pupuk, sudah ada informasi dari pemerintah kalau ada bantuan tambahan anggaran senilai Rp28 triliun. Sehingga total menjadi Rp54 triliun.

Penambaha anggaran ini demi peningkatan produktivitas pertanian dalam negeri. Untuk itu, perlu adanya pengawasan dan tata kelola yang baik juga, walaupun ada uangnya tapi tidak ada pengawasan akan sama saja.

“Saya sepakat dengan Pak Menteri Pertanian, bahwa hari ini dengan pengadaan konsentrasi bagaimana padi ini atau beras ini bisa terproduksi dengan baik. Nah, bagaimana caranya itu yang harus kita diskusikan ya, jangan selalu kita impor karena angkanya sekarang sudah terlalu tinggi," jelasnya. 

Menurut Anggia, harus ada strategi yang bisa mengurangi. 

"Kalau menghilangkan impor untuk saat ini kayaknya enggak mungkin. Terus terang, meskipun saya enggak suka impor, tapi kalau enggak ada impor kebutuhan kita tidak tercukupi,” ungkap Anggia.

Dikatakannya, menjelang lebaran beberapa komoditas pangan terutama beras itu sangat tinggi dan sampai hari ini pun juga belum ada kepastian bahwa beras akan tersedia dengan baik.

“Kita sudah impor hampir 4 juta ton dan itu sudah cukup membantu, meskipun sebenarnya tidak mengurai masalah tentang ketersediaan atau kedaulatan pangan kita. Harusnya kita mampu untuk bisa berdaulat," katanya. 

"Tetapi yang akan kita jadikan temuan adalah ternyata memang ketersediaan beras atau pengilingan padi Bulog pun juga nggak ada. Artinya ketersediaan beras yang ada itu memang belum cukup, belum bisa mencukupi kebutuhan masyarakat,” tutur Anggia. * (wulandari)