Ticker

6/recent/ticker-posts

Header Ads Widget

Realisasi Pembiayaan Hingga Maret 2024 Turun Drastis, Ini Penjelasan Menkeu


Menkeu Sri Mulyani dalam konferensi pers APBN KiTa, Jumat (26/4/2024) di Aula Mezzanine, Kompleks Kemenkeu, Jakarta. foto: ist

SuaraTani.com - Jakarta| Realisasi pembiayaan APBN hingga akhir Maret 2024 tercatat turun drastis dibandingkan pembiayaan di periode yang sama tahun lalu. 

Realisasi pembiayaan terealisasi Rp104,7 triliun, atau turun drastis 53,6% dibanding pembiayaan utang tahun lalu yang mencapai Rp225,4 triliun.

Menurut Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani, nilainya jauh lebih rendah dari tahun lalu atau turun drastis 53,6% dibanding pembiayaan utang tahun lalu yang mencapai Rp225,4 triliun.

"Dalam hal ini kita memang cukup hati-hati dari penerbitan SBN tahun ini Rp104 triliun. Ini turun 52,2% dari tahun sebelumnya sebesar Rp217 triliun," kata Sri Mulyani dalam konferensi pers APBN KiTa, Jumat (26/4/2024) di Aula Mezzanine, Kompleks Kemenkeu, Jakarta. 

Sedangkan dari sisi pinjaman neto, lanjut Menkeu, yaitu 600 miliar turun sangat besar 91,9% dari tahun lalu yang mencapai Rp7,8 triliun. 

Menkeu menjelaskan, situasi di pasar keuangan dan pasar surat berharga baik di level domestik maupun global saling mempengaruhi. Terlebih, situasi global saat ini sangatlah dinamis. 

Ia menegaskan, strategi pembiayaan pemerintah dilakukan secara prudent atau hati-hati. 

"Dan kita melakukan strategi yang cukup pragmatis dan opportunistic. Supaya kita bisa selalu memilih timing, volume, maupun jenis surat berharga yang harus kita issue untuk menjaga kehandalan APBN kita," tambahnya.

Menurut Sri Mulyani, ini adalah waktu-waktu yang cukup dinamis karena perubahan dari nilai tukar suku bunga yield. Dan, guncangan yang berasal negara-negara maju seperti Amerika dan Eropa yang harus diperhatikan termasuk Jepang.

"Ini 3 faktor yang harus kita lihat. Sebelumnya kita lihat 4 selalu zona yang kita perhatikan Amerika Eropa Jepang dan Timur Tengah. 4 hal ini yang akan juga menentukan terutama untuk instrumen global kita," terangnya.

Untuk instrumen dalam negeri kata Menkeu, akan dilihat antara retail maupun yang institusional.

"Ini semuanya akan terus kita waspadai dan akan menentukan arah dari pembiayaan kita, defisit kita tadi. Karena masih dalam positif namun ke depan tiga kuartal ke depan kita harus melihat secara hati-hati," tutup Menkeu. * (putri)