Ticker

6/recent/ticker-posts

Header Ads Widget

Agustus, NTP Tembus 123,57, Sinyal Positif Kesejahteraan Petani

Nilai Tukar Petani (NTP) pada Agustus 2025 mencapai 123,57 atau naik 0,76 persen dibanding Juli sebesar 122,64. foto: ist

SuaraTani.com - Jakarta| Kementerian Pertanian (Kementan) menyambut baik capaian sektor pertanian yang dirilis Badan Pusat Statistik (BPS).

Nilai Tukar Petani (NTP) pada Agustus 2025 mencapai 123,57 atau naik 0,76 persen dibanding Juli sebesar 122,64. 

Peningkatan ini tidak hanya menjadi sinyal positif bagi kesejahteraan petani melalui peningkatan daya beli, tetapi juga memperkuat optimisme terhadap stabilitas pangan nasional.

Deputi Bidang Statistik Distribusi dan Jasa BPS, Pudji Ismartini, menjelaskan, kenaikan NTP didorong oleh meningkatnya Indeks Harga yang Diterima Petani (It) sebesar 0,84 persen. Lebih tinggi dari kenaikan Indeks Harga yang Dibayar Petani (Ib) yang hanya 0,08 persen. 

"Adapun komoditas utama penyumbang meningkatnya indeks harga yang diterima petani adalah gabah, kelapa sawit, jagung, dan bawang merah," jelas Pudji dalam siaran persnya, Senin (1/9/2025) di Jakarta.

Pudji menyebutkan jika dilihat lebih jauh, subsektor tanaman pangan menjadi subsektor yang memiliki kenaikan NTP tertinggi dengan 2,40 persen. Selanjutnya subsektor tanaman perkebunan rakyat naik 1,24 persen, dan subsector perikanan yang naik 0,78 persen. 

“NTP menunjukkan daya tukar dari produk pertanian dengan barang dan jasa yang dikonsumsi maupun untuk biaya produksi,” ujarnya.

Selain itu dari 38 provinsi, sebanyak 26 provinsi mengalami kenaikan NTP. Provinsi Bengkulu mencatat kenaikan tertinggi sebesar 3,89 persen, terutama karena subsektor perkebunan rakyat, khususnya komoditas kelapa sawit, melonjak hingga 7,29 persen.

Menanggapi capaian tersebut, Menteri Pertanian (Mentan) Andi Amran Sulaiman menyampaikan optimisme bahwa tren positif ini menjadi sinyal kuat bagi ketahanan pangan nasional.

“Kenaikan NTP menunjukkan bahwa daya beli petani terus membaik. Angka tersebut menandakan petani memiliki surplus, di mana nilai produksi yang diterima lebih besar dibanding biaya yang dikeluarkan,” ujarnya.

Mentan menambahkan, keberhasilan ini tidak terlepas dari kerja bersama antara pemerintah, petani, dan berbagai pemangku kepentingan lainnya. 

Program-program strategis Kementan mulai dari percepatan tanam dan panen raya di berbagai daerah, penyediaan pupuk bersubsidi, penguatan akses pembiayaan melalui Kredit Usaha Rakyat (KUR), hingga pemanfaatan benih unggul dan mekanisasi pertanian menjadi faktor pendorong meningkatnya produktivitas sekaligus daya saing petani.

Dengan NTP yang terus menguat, petani tidak hanya berperan sebagai produsen pangan, tetapi juga sebagai penggerak ekonomi nasional.  

“Kementan akan terus memastikan setiap rupiah hasil panen yang diterima petani memberikan nilai tambah nyata bagi kesejahteraan mereka,” tegas Mentan Amran.

Ia menegaskan, peningkatan NTP menjadi bukti bahwa petani Indonesia tidak hanya mampu bertahan, tetapi juga semakin percaya diri menghadapi musim tanam berikutnya. 

“Kami akan terus menjaga tren positif ini. Inilah misi besar Kementan untuk mewujudkan kedaulatan pangan sekaligus meningkatkan kualitas hidup petani Indonesia,” tutupnya. * (erna)