SuaraTani.com - Jakarta| Pemerintah genjot ekosistem pangan nasional melalui penguatan sistem produksi ayam dan telur yang terintegrasi dari hulu hingga hilir.
Langkah ini menjadi solusi permanen untuk meningkatkan kesejahteraan peternak kecil, menjaga stabilitas harga, serta menjamin pasokan sekaligus mendukung program Makan Bergizi Gratis (MBG).
Menteri Pertanian (Mentan)/Kepala Badan Pangan Nasional (Bapanas), Andi Amran Sulaiman, menegaskan, pemerintah sedang membangun ekosistem pangan yang terintegrasi untuk menjaga komoditas pangan pasca panen, juga ayam dan telur.
“Solusi permanennya adalah kita akan bangun ekosistem untuk telur dan ayam, secara terintegrasi ekosistemnya untuk memenuhi MBG. Tingkatkan produksi, DOC-nya kita tambah, Grand Parent-nya kita tambah, semua kita tambah,” ujar Mentan dalam siaran pers, Kamis (13/11/2025) di Jakarta.
Ia menjelaskan, sistem ini menempatkan BUMN sebagai penggerak di hulu, mulai dari Grand Parent Stock, Parent Stock, hingga Final Stock. Sedangkan peternak kecil berperan di hilir.
“Ini menjamin pakan peternak kecil stabil. Menjamin juga DOC stabil,” imbuhnya.
Mekanisme integrasi ini akan menciptakan stabilitas harga dan perlindungan bagi peternak kecil yang selama ini rentan terhadap fluktuasi harga.
“Ini nanti yang mengontrol harga, menguntungkan peternak kecil, kemudian juga tidak membebani konsumen. Itu maksudnya,” kata Amran.
Data Badan Pusat Statistik (BPS) mengungkapkan harga telur ayam ras pada November 2025 berada di atas Harga Acuan Penjualan (HAP) sebesar Rp30.000, yakni menjadi Rp31.546.
Kenaikan ini dipicu oleh adanya kenaikan harga di tingkat supplier dan pemasok. Kenaikan harga di tingkat produsen disebabkan oleh kenaikan harga pakan ternak. Selain itu, program MBG juga turut berperan pada kenaikan harga tersebut.
Amran menegaskan, peran BUMN sangat penting sebagai stabilisator harga dan offtaker, seperti halnya Bulog dalam menjaga harga beras.
“Mekanismenya jadi BUMN ini. Ini BUMN kan, di hulu. Integrasi mulai pabrik pakan, DOC, vaksin, dan seterusnya. Kemudian, peternak-peternak kecil ini membeli dengan harga yang wajar. Dan juga menjadi off taker,” ungkapnya.
Menurutnya, langkah ini menjadi peluang bagi peternak untuk bangkit setelah menghadapi gejolak kerugian.
“Kita sekarang ini mengeluarkan DOC, menambah Grand Parent Stock-nya, semua kita tambah. Jadi kita dorong peternak supaya berproduksi. Ini kesempatan peternak untuk bangkit,” pungkasnya. * (erna)


