Ticker

6/recent/ticker-posts

Header Ads Widget

Akibat Covid-19, Jumlah Penduduk Miskin di Sumut Bertambah 73.000 Jiwa

Kepala BPS Provinsi Sumut, Syech Suhaimi. suaratani.com - dok

SuaraTani.com – Medan| Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Sumatera Utara (Sumut) mencatat, jumlah penduduk miskin di  Sumut mengalami peningkatan sebesar 0,39 poin, dari 8,75% pada Maret 2020 menjadi 9,14% pada September 2020. 

Angka kemiskinan ini setara dengan 1,36 juta jiwa pada September 2020, atau bertambah sekitar 73.000  jiwa dalam satu semester terakhir. Karena di bulan Maret 2020, jumlah penduduk miskin di Sumut  sebanyak 1.283,29 ribu jiwa. 

Kepala BPS Provinsi Sumut, Syech Suhaimi mengatakan, secara umum, pada periode 2008-September 2020 tingkat kemiskinan di Sumut mengalami penurunan baik dari sisi jumlah maupun persentase, kecuali pada September 2013, September 2014 hingga September 2015 yang dipicu oleh kenaikan harga barang kebutuhan pokok sebagai akibat dari kenaikan harga bahan bakar minyak.

“Sementara, kenaikan jumlah dan persentase penduduk miskin pada periode Maret dan September 2020 disebabkan adanya pandemi Covid-19,” ujar Syech Suhaimi di Medan, Senin (1/3/2021).

Syech mengatakan, jika dilihat berdasarkan daerah tempat tinggal,  persentase penduduk miskin pada September 2020 di daerah perkotaan sebesar 9,25%, meningkat sebesar 0,5 poin, atau bertambah 60,5 ribu jiwa.

“Sedangkan di daerah perdesaan, persentase penduduk miskin sebesar 9,02%, mengalami peningkatan sebesar 0,25 poin  atau bertambah 12,9 ribu jiwa jika dibandingkan Maret 2020,” kata Syech.

Disebutkannya, pada periode Maret-September 2020, Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1) dan Indeks Keparahan Kemiskinan (P2) menunjukkan peningkatan. P1 naik dari 1,513 pada Maret 2020 menjadi 1,599 pada September 2020, dan P2 naik dari 0,388 menjadi 0,453.

Hal ini mengindikasikan bahwa rata-rata pengeluaran penduduk miskin cenderung menurun dan semakin menjauh ke dalam dari garis kemiskinan, dan tingkat ketimpangan pengeluaran antar penduduk miskin semakin tinggi.

“Sementara kalau dilihat berdasarkan Garis Kemiskinan, maka pada September 2020 tercatat sebesar Rp505.236/kapita/bulan dengan komposisi Garis Kemiskinan Makanan sebesar Rp378.617 (74,94%) dan Garis Kemiskinan Bukan Makanan sebesar Rp126.619 (25,06%),” sebutnya. 

Dijelaskannya, pada September 2020, komoditi makanan yang memberikan sumbangan terbesar terhadap Garis Kemiskinan baik di perkotaan maupun di perdesaan pada umumnya hampir sama. Beras masih berperan sebagai penyumbang terbesar Garis Kemiskinan baik di perkotaan (18,13%) maupun di perdesaan (25,70%). 

Empat komoditi makanan lainnya penyumbang terbesar Garis Kemiskinan di perkotaan adalah rokok kretek filter (11,07%), cabai merah (7,60%), tongkol/tuna/cakalang (3,57%), dan telur ayam ras (3,39%). 

Demikian juga di perdesaan, empat komoditi makanan lainnya penyumbang terbesar terhadap Garis Kemiskinan adalah rokok kretek filter (12,33%), Cabe Merah (5,76%), telur ayam ras (2,80%), dan gula pasir (2,74%).

Untuk komoditi bukan makanan, biaya perumahan masih berperan sebagai penyumbang terbesar Garis Kemiskinan baik di perkotaan (5,77%) maupun di perdesaan (5,66%). Empat komoditi bukan makanan lainnya penyumbang terbesar Garis Kemiskinan di perkotaan adalah listrik (3,22%), bensin (3,16%), biaya pendidikan (2,66%), dan biaya angkutan (2,28%). 

“Sedangkan di perdesaan, empat komoditi bukan makanan lainnya penyumbang terbesar terhadap Garis Kemiskinan adalah bensin (2,22%), biaya pendidikan (1,88%), biaya Angkutan (1,45%) dan listrik (1,42%),” terangnya. 

BPS mencatat, beberapa faktor yang diduga dapat berpengaruh terhadap tingkat kemiskinan di Sumut  pada periode Maret-September 2020, antara lain pandemi Covid-19 yang berkelanjutan berdampak pada perubahan perilaku serta aktivitas ekonomi penduduk sehingga mendorong terjadinya peningkatan angka kemiskinan. Kemudian Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) sebesar 6,91% pada Agustus 2020, meningkat jika dibandingkan dengan TPT Februari 2020  sebesar 4,73%. 

Ekonomi Sumut triwulan III-2020 terhadap triwulan III-2019 mengalami kontraksi pertumbuhan sebesar 2,60% (y-on-y). Angka ini jauh menurun dibanding capaian triwulan III-2019 yang tumbuh sebesar 5,11% (y-on-y).

Selama periode Maret- September 2020, laju inflasi umum relatif rendah, dimana angka inflasi umum tercatat sebesar 0,12%.

“Dan pengeluaran konsumsi rumah tangga pada triwulan III 2020 terkontraksi sebesar 5,76 persen (y-on-y), menurun dibandingkan periode yang sama tahun 2019 yang tumbuh sebesar 4,92 persen,” tutup Syech Suhaimi. * (ika)