Ticker

6/recent/ticker-posts

Header Ads Widget

Akibat Refocusing, Pembangunan Bendungan Batang Toru Pahae Terancam Berhenti

Lokasi pembangunan bendungan Aek Batangtoru di Kecamatan Pahae Jae,Taput. suaratani.com - darwin nainggolan

SuaraTani.com – Taput| Proyek pembangunan bendungan Sungai Batang Toru di Desa Parsaoran Nainggolan Kecamatan Pahae Jae, Kabupaten Tapanuli Utara (Taput), Sumatera Utara (Sumut), terancam berhenti dan akan menjadi proyek sia-sia.

Ismail Hasibuan, Pengawas proyek bendungan dari Kementerian Pekerjaan Umum dan  Perumahan Rakyat Direktorat Jenderal Sumber Daya Air Balai Wilayah Sungai Sumatera II, melalui selularnya kepada awak media membenarkan adanya anggaran proyek yang direfocusing akibat pandemi Covid-19 yang terus berkelanjutan.

"Dari sekitar Rp257 miliar  yang dianggarkan, ada sekitar Rp80 miliar  yang direfocusing. Salah satunya pembangunan jaringan atau saluran irigasi primer," sebut  Ismail Hasibuan, Senin (22/3/2021).

Saluran irigasi primer yang dimaksud adalah, jaringan saluran dari pintu bendungan menuju areal persawahan masyarakat.

Sementara itu, Humas pelaksana proyek dari KSO Hutama Karya Runggu Prima Jaya, Tonggor Panggabean, saat ditemui di lokasi proyek mengatakan, tidak mengetahui adanya refocusing anggaran, saat ini pihaknya masih fokus mengerjakan proyek utama yakni pembangunan bendungan dan tanggul.

Dijelaskannya, proyek bendungan Batang Toru dikerjakan dengan kucuran anggaran tahun berjalan (multiyears) dari Kementerian PUPR dimulai dari tahun 2018 hingga 2021 yang akan mengaliri areal persawahan seluas 3.200 hektare yang tersebar di Kecamatan Purba Tua, Pahae Jae dan Simangumban.

Bendungan nantinya memiliki dua pintu saluran air. Pintu kanan, untuk saluran ke areal persawahan di Purba Tua dengan luas areal tujuan 2.100 hektare. Sementara pintu kiri, untuk mengaliri persawahan di Kecamatan Pahae Jae dan Simangumban dengan luas areal sasaran 1.100 hektare.

Diakuinya, saat ini pihaknya belum mengerjakan saluran irigasi primer, yakni saluran pembangunan air dari pintu bendungan menuju areal persawahan.

"Saluran irigasi primer sebelah kanan sepanjang 1,5 kilometer sementara sebelah kiri sepanjang 2,5 kilometer," terangnya sembari mengatakan terkait masalah pembebasan tanah sudah selesai dibayarkan kepada masyarakat pemilik lahan.

Tokoh masyarakat setempat, Rio Panggabean, saat dikonfirmasi terkait kondisi proyek berharap pemerintah membatalkan refocusing anggaran yang dimaksud.

"Warga Pahae sangat membutuhkan bendungan itu," tegas Rio yang pernah duduk sebagai anggota legistatif setempat.

Diceritakannya, dulu ribuan areal persawahan ada di kawasan Kecamatan Purba Tua. Namun, sejak tahun 1980 permukaan air sungai Batang Toru yang mereka kenal dengan nama Aek Godang mulai menurun hingga tidak mampu lagi mengaliri areal persawahan.

Akibatnya, ribuan hektare kondisinya sudah tidak dimanfaatkan atau terlantar, yang bertahan hanya berharap air hujan. Jaringan irigasi teknis yang ada cakupan luasan distribusi air sangat terbatas. 

"Saat ini, areal yang tersisa sekitar 200 hektare yang tersebar di Desa Parsaoran, Janji Angkola da Sitoli Bahal. Bila selesai dikerjakan, bendungan akan membuka kembali dua ribuan hektar areal sawah yang sudah mati," ungkap Rio Panggabean.

Dikatakannya, Pemerintah pusat tidak perlu ragu untuk melanjutkan proyek tersebut, sebab secara ekonomis proyek bendungan memiliki prospek dengan capaian hasil yang sangat tinggi.

Sesuai manfaat usai dibangun, daerah Purba Tua nantinya akan terbuka areal seluas 2.100 hektare. Kalkulasinya, produksi panen padi sawah untuk satu hektare mencapai 5 ton dikalikan dengan 2.100 hektare  hasilnya berkisar 10.500 ton permusim tanam.

"Musim tanam di Purba Tua dua kali dalam setahun, artinya Kecamatan Purba Tua akan menghasilkan 21.000 ton padi dalam setahun. Bila dirupiahkan  dengan harga jual gabah Rp5.000 per kg x  21.000 ton hasilnya berkisar Rp105 miliar yang akan dicapai masyarakat Purba Tua dalam setahun," terang Rio Panggabean. * (darwin nainggolan)