SuaraTani.com- Medan| Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) tak mampu bangkit di penutupan perdagangan Jumat (5/3/2021).
Mengikuti pergerakan sejumlah bursa di Asia, kinerja IHSG pada perdagangan akhir pekan ini ditutup melemah 0,51% di level 6.258,75. Kinerja IHSG mengalami pelemahan seiring banyaknya sentimen negatif yang memicu pelemahan di pasar keuangan. Salah satunya adalah kenaikan Yield Obligasi di Amerika Serikat (AS) dan memburuknya hubungan antara AS dengan Cina.
Tidak hanya IHSG, kinerja mata uang Rupiah juga mengalami tekanan dan ditutup melemah di level 14.300 per US Dolar. Meskipun mengalami tekanan, Rupiah mampu mengurangi kerugiannya selama sesi perdagangan. Seperti halnya dengan IHSG yang juga sempat melawan dan berada di zona hijau.
Analis Keuangan Sumatera Utara (Sumut), Gunawan Benjamin mengatakan, besarnya tekanan di pasar keuangan pada hari ini membuat pasar keuangan nasional sulit untuk ditutup di zona hijau.
Pelemahan Rupiah bahkan tidak mampu tertolong oleh perkiraan BI. Bank Indonesia yang memperkirakan cadangan devisa bisa saja lebih dari US$143 miliar di akhir tahun 2021, tidak mampu menjadi katalis bagi penguatan Rupiah.
"Pernyataan Gubernur Bank Sentral AS yang tidak mau turut campur melihat Yield treasury yang mengalami kenaikan, mengidikasikan bahwa The FED tidak mau mengambil langkah apapun terhadap kenaikan tersebut. Dan ini menjadi kabar yang tidak begitu baik bagi pasar keuangan, khususnya investor di pasar saham," ujar Gunawan di Medan, Jumat (5/3/2021).
Tidak hanya pasar saham yang dirugikan, harga emas pada hari ini juga mencatatkan penurunan dan diperdagangkan di bawah harga US$1.700 per ounce troy. Kinerja harga emas melemah dan ditransaksikan di kisaran US$1.690-an per ounce troy.
“Pelemahan harga emas ini juga masih tertekan kenaikan Yield Treasury yang membuat investor lebih memburu asset dalam US Dolar," tutup Gunawan. * (ika)