SuaraTani.com- Medan| Wakil Menteri Perdagangan (Wamendag) Jerry Sambuaga mendorong Kabupaten Batu Bara, Sumatera Utara (Sumut) untuk mengimplementasikan sistem resi gudang (SRG) guna meningkatkan kesejahteraan petani.
Implementasi pengembangan SRG memerlukan sinergi program kebijakan lintas kementerian/lembaga (k/l) di pusat maupun daerah.
"Kabupaten Batu Bara merupakan salah satu daerah penghasil padi atau gabah kering giling (GKG) di Sumatera Utara. Sehingga, implementasi SRG di Kabupaten Batu Bara menjadi salah satu instrumen alternatif mengatur pasokan gabah atau beras untuk meningkatkan kesejahteraan petani," ujar Jerry saat bertemu Bupati Batu Bara Zahir, di rumah dinas Bupati Batu Bara, Jumat (9/4/2021).
Jerry mengatakan, pada 2019 terdapat 32.422,40 hektare lahan sawah dengan produksi sebanyak 169.224,43 ton GKG per tahun. Rata-rata konsumsi beras masyarakat Kabupaten Batu Bara sebanyak 46.647 ton per tahun, sehingga ada surplus sebanyak 59.976,7 ton per tahun.
"Kondisi surplus produksi beras merupakan hal yang positif dalam menjaga ketahan pangan daerah. Namun, tanpa didukung pola manajemen stok yang baik, ini berpotensi menyebabkan fluktuasi harga gabah atau beras saat pasokan melimpah atau masa panen," kata Jerry.
Menurutnya, pemerintah daerah diharapkan dapat menyiapkan kebijakan dan rencana program kerja yang terukur, tepat sasaran, dan berkelanjutan. Sehingga, pengembangan SRG tidak berhenti saat seluruh infrastruktur fisik tersedia, tetapi berlanjut dengan penguatan sinergi organisasi perangkat daerah (OPD) terkait.
“Sinergi tersebut dapat melibatkan partisipasi pelaku usaha hulu-hilir dengan terus memperkuat kelembagaan di sektor pertanian dan perdagangan, serta memberikan edukasi dan pendampingan bagi petani dan usaha kecil, mikro, dan menengah (UMKM),” imbuhnya.
Bupati Batu Bara, Zahir mengungkapkan, implementasi SRG di Kabupaten Batu Bara akan dilakukan dengan membangun kawasan pergudangan dan industri pengelolaan beras.
"Nantinya, kawasan pergudangan dan industri pengelolaan beras tersebut akan menjadi pusat pengolahan, pergudangan atau logistik, dan distribusi pangan yang memberikan nilai tambah pada komoditas pertanian," kata Zahir.
Zahir menambahkan, rencana pembangunan pusat pengolahan, logistik, dan distribusi pangan tersebut berada di Kecamatan Lima Puluh, Kabupaten Batubara serta didukung oleh PT Pembangunan Batra Berjaya. Jarak tempuh dari pusat kota ke Kecamatan Lima Puluh hanya 17 menit.
“Kabupaten Batu Bara berpotensi besar untuk implementasi SRG dengan komoditas yang cukup beragam, antara lain gabah/beras dan ikan. Selain itu, komoditas hasil produksi cabai merah juga cukup besar dan diharapkan dapat menjadi komoditas SRG. Untuk mendorong implementasi SRG, pemda akan bekerjasama dengan BUMN maupun pelaku swasta yg bergerak di sektor pertanian dan perikanan," ujar Zahir.
Menurut Zahir, dampak positif perekonomian masyarakat Kabupaten Batu Bara dengan adanya SRG, yaitu meningkatkan pemantauan harga dan stok ketersediaan komoditas pertanian, peternakan, dan perikanan oleh pemerintah daerah (pemda).
Meningkatkan jumlah pelaku usaha kecil dan menengah (UKM), peningkatan kesejahteraan petani, peternak, dan nelayan karena harga komoditas yang stabil, mendorong industri pergudangan serta menggerakkan ekonomi daerah.
Ada dua dari empat unit gudang SRG yang dibangun Kementerian Perdagangan di Sumut dan sudah beroperasi, yaitu di Serdang Bedagai dan Langkat. * (ika/ril)