Ticker

6/recent/ticker-posts

Header Ads Widget

25 Jurnalis Taput Soroti Jebolnya Bendungan Aek Siborgung, Ancam Pertanian

Para Jurnalis  bersama masyarakat Desa Parbubu meninjau lokasi irigasi Siborgung yang sudah tiga tahun jebol. suaratani.com - darwin nainggolan
 

SuaraTani.com-Taput| Sebanyak 25 orang jurnalis dari berbagai media saiber yang tergabung dalam Asosiasi SMSI menyoroti  kerusakan bendungan Sungai Aek Siborgung yang terletak di Desa Parbubu l Kecamatan Tarutung, Kabupaten Tapanuli Utara (Taput), Kamis (25/11/2021).

Bendungan Sungai  Aek Siborgung ini sudah  jebol  3 tahun  setelah dibangun Pemerintah  Provinsi  Sumatera Utara (Pemprov Smut) untuk memenuhi kebutuhan air sekitar 300 hektare lahan sawah di Desa Parbubu 1, Parbubu 2 dan Hutapea Banuarea, hingga kini belum diperbaiki.

Lahan persawahan yang tak dialiri air ini, memaksa masyarakat untuk beralih ke pertanian lahan kering menggantikan pertanian padi yang menopang hidup warga tiga desa.  

Potret lainnya, sebagian besar petani, justru membiarkan lahannya terbengkalai, karena selama ini lahan mereka hanya produktif bila digunakan sebagai persawahan padi. 

Menyahuti keluhan masyarakat yang terdampak jebolnya bendungan Aek Siborgung, sebanyak 25 jurnalis yang tergabung dalam SMSI Taput  dipimpin Ketua Jan Piter Simorangkir, Kamis (25/11/2021), menyusuri Sungai  (Aek) Siborgung mulai dari hulu hingga hilir dan menemukan sejumlah titik kerusakan.   

Bendungan  Siborgung yang dibangun tahun 2017 oleh Pemprov Sumut ini sudah  ditumbuhi semak belukar yang mencapai ketinggian hingga  tiga meter. Kondisi ini diikuti dengan ditemukannya lebih kurang 250 hektare lahan yang dulunya persawahan produktif berubah menjadi lahan kering yang ditumbuhi semak belukar. 

Pada eksisting bangunan, ditemukan kerusakan fatal sepanjang 100 meter  dibagian pondasi saluran air hingga ke  pintu air penyalur sekunder irigasi.

Sementara itu, kedalaman permukaan air sudah menurun hingga 3 meter lebih dan kerusakan tanggul yang jebol mencapai 40 meter. Akibatnya, aliran sungai Aek Siborgung mengarah langsung (tumpah) ke Sungai Sigeaon, bukan lagi  ke bendungan irigasi.  

Tim SMSI Taput pun harus menerobos semak belukar yang telah menutupi  wadah bendungan (jalur irigasi utama) dan jaringan pendistribusi  yang tidak berfungsi lagi. Tetapi, pintu air pengatur sekunder masih berdiri tegak.  Petani disana menyebutkan, pintu air tersebut masih cukup bagus. 

Sejumlah petani yang ditemui di kawasan Bendungan Aek Siborgung yang menyasar kebutuhan air persawahan kurang lebih 250 KK menyebutkan, kerusakan bendungan itu telah menimbulkan dampak buruk pada produk pertanian mereka, khususnya padi. 

Pada tiga tahun terakhir, mereka telah beralih pada komoditi jagung dan kacang-kacangan. Kendati demikian, ketergantungan terhadap beras untuk memenuhi pangan, masih sangat tinggi.

“Kami sangat terpukul akibat kerusakan bendungan ini. Sudah tiga tahun kami tidak memproduksi padi, padahal padi adalah kebutuhan utama kami,” sebut  Arman Simbolon, penduduk Parbubu 1 yang ditemui di lokasi bendungan irigasi.

Hal yang sama disampaikan Riste Tobing dan  Kasman Hutagaol. Mereka menyebut, sudah berupaya menyampaikan permasalahan ini di tingkat desa, camat dan bupati serta kepada Anggota DPRD Provinsi Manimpan Lumbantobing,  Tuani Lumbantobing,  Rahmadsah Sibaranii dan Victor Silaen.

Hadir mendampingi Kasman Hutagaol Kepala Desa Parbubu I, Ridwan Lumbantobing,  Sekdes  Parbubu 1 Rido  Lumbantobing, Plt Kepala Desa Parbubu 2, Tunggul Lumbantobing dan  Sekdes  Parbubu 2, Hendra Lumbantobing.

Refocusing Anggaran  

Camat Tarutung Reinhard Lumbantobing yang mengetahui Tim SMSI berada di lokasi, langsung turun  dan memaparkan upaya penanggulangan yang dilakukan Pemkab Taput  pasca bencana banjir  yang menyebabkan jebolnya tanggul  Aek Siborgung.

"Setahun setelah dibangun mengalami kerusakan, tepatnya  tiga tahun lalu, kita sudah melakukan penanggulangan," ungkapnya.

Pada awalnya kata Renhard, masyarakat dengan spontan melakukan gotongroyong massal dibantu Pemkab Taput dengan menurunkan alat berat, tetapi upaya penanggulangan yang dilakukan tidak bertahan lama, tanggul jebol lagi.

“Kendati demikian,  tanggul yang dibangun masyarakat itu tidak bertahan lama. Begitu hujan lebat turun, tanggul itu kembali jebol,” terangnya.

Menurut Camat, kondisi Aek Siborgung  telah dilaporkan kepada Pemkab Taput.  Tetapi karena Sungai Aek Siborgung adalah ranah Pemprov Sumut, usulan pembangunannya pun  telah diteruskan Pemkab Taput  ke Medan.

“Sesungguhnya, usulan proyek perbaikan tanggul sudah masuk dalam daftar prioritas, yang kita sampaikan ke Provinsi, rencananya di tampung pada APBD Sumut Tahun 2020. Namun  karena terjadinya refocusing anggaran, sehingga perbaikannya hingga kini belum terealisasi,” sebutnya.

Ia juga mengakui, usulan ini sudah disampaikan kepada sejumlah Anggota DPRD Sumut dari Dapil 9 Sumut. (darwin nainggolan)