Ticker

6/recent/ticker-posts

Header Ads Widget

Mitigasi Harga Internasional, Eksportir Rumput Laut Didorong Manfaatkan SRG

Direktur Utama PT Kliring Berjangka Indonesia (Persero),Fajar Wibhiyadi bersama  Pimpinan PT Rahmat Bahari Indonesia,Ni Nyoman Robek tengah meninjau gudang rumput laut milik  PT Rahmat Bahari Indonesia di kawasan Tabanan, Bali.suaratani.com-ist

SuaraTani.com – Medan| PT Kliring Berjangka Indonesia (KBI) terus mendorong pemilik komoditas rumput laut untuk memanfaatkan Sistem Resi Gudang (SRG), khususnya dalam kaitan kegiatan ekspor. Hal ini dalam upaya mitigasi harga internasional, serta terkait pergerakan kurs US dolar yang menjadi mata uang acuan dalam ekspor. 

Dengan memanfaatkan SRG, petani rumput laut dapat memasukkan komoditas rumput laut yang mereka miliki saat kurs US Dolar turun, dan melakukan ekspor pada saat kurs US Dolar membaik. Selain itu, pemanfaatan Resi Gudang juga bisa dilakukan saat terjadi pergerakan harga di pasar internasional yang menurun. 

Direktur Utama PT KBI (Persero) Fajar Wibhiyadi, mengatakan Indonesia yang sebagian besar wilayahnya merupakan perairan, menjadi salah satu negara eksportir terbesar untuk komoditas rumput terutama rumput laut kering. Nilai rumput laut di pasar dunia saat ini US$2,9 miliar dengan hampir 807 ribu ton. Indonesia berkontribusi sebesar 195 ribu ton dengan pangsa 25%.

Data dari Biro Pusat Statistik menunjukkan, selama rentang waktu 2014-2019, ekspor rumput laut nasional juga tercatat tumbuh rata-rata sebesar 6,53% per tahun. Untuk Tahun 2020 volume ekspor tercatat sebesar 195.574 ton dengan nilai mencapai US$279,58 juta.

"Salah satu pengelola gudang dan eksportir rumput laut yang memanfaatkan SRG adalah PT Rahmat Bahari Indonesia yang berada di Bali. Sepanjang tahun 2021, PT Rahmat Bahari Indonesia telah meregistrasikan rumput laut sebanyak 4 Resi Gudang, dengan volume 63.592 Kg senilai Rp508.736.000," katanya dalam keterangan tertulis, Jumat (19/11/2021). 

Fajar Wibhiyadi menambahkan, sistem ini sudah dilakukan PT Rahmat Bahari Indonesia. Hal ini bisa menjadi kisah sukses pemanfaatan Resi Gudang di Indonesia, khususnya dari sisi eksportir. 

"Harapan kami ke depan, para eksportir komoditas rumput laut di berbagai wilayah di Indonesia juga mulai memanfaatkan sistem resi gudang. Selain dalam upaya menjaga stabilitas harga, Resi Gudang dapat dimanfaatkan pemilik komoditas untuk mendapatkan pembiayaan bagi kelangsungan usahanya," sebutnya. 

Dalam catatan Pusat Registrasi Resi Gudang, sepanjang tahun 2021 sampai dengan bulan  Oktober tercatat 19 RG dari komoditas rumput laut yang diregistrasi dalam volume 1,4 Ton, dengan nilai barang Rp32,7 miliar dan nilai pembiayaan sebesar Rp21,9 miliar. Sedangkan sepanjang tahun 2020, komoditas rumput laut yang teregistrasi sebanyak 10 RG dengan volume 743,5 Kg senilai Rp15 miliar, dan nilai pembiayaan sebesar Rp2,3 miliar. 

KBI sebagai Pusat Registrasi Resi Gudang akan terus melakukan sosialisasi dan edukasi kepada masyarakat terkait manfaat dari instrumen ini. Selain kepada para pemilik komoditas, sosialisasi kepada berbagai pihak termasuk ke sektor perbankan dan lembaga pembiayaan lain. 

"Dari sisi bisnis pembiayaan, SRG merupakan salah satu potensi yang bisa dikembangkan. Indonesia memiliki potensi besar untuk pengembangan SRG. Kami optimis, seiring dengan peningkatan pemanfaatan Resi Gudang, sisi pembiayaan juga akan mengalami peningkatan”, ungkap Fajar Wibhiyadi. 

Pimpinan PT Rahmat Bahari Indonesia, Ni Nyoman Robek menuturkan dengan adanya SRG ini, pihaknya dapat menjaga ketersediaan barang yang ada, sehingga dapat menawarkan kepada buyer-buyer diluar negeri. 

"Selain itu dengan adanya SRG ini, dapat memitigasi fluktuasi harga serta rate kurs yang ada," jelasnya. *(junita sianturi)