“Karena itu Sumut termasuk daerah yang surplus jagung, walau pun memang masih didasarkan kepada data yang valid,” ujar pengamat pertanian dari Universitas Sumatera Utara (USU) Profesor Abdul Rauf saat dihubungi, Selasa (2/11/2021).
Menurut Guru Besar Fakultas Pertanian ini, apa yang terjadi saat ini dengan harga jual jagung yang masih bertahan tinggi menunjukkan ada permainan meski saat ini pasokan jagung surplus.
“Saya memang tidak tahu kalau ada kaitannya unsur politik, tapi saya lebih cenderung kepada unsur perdagangan,” kata Rauf.
Dijelaskannya, untuk mencegah permainan seperti yang sering terjadi hingga saat ini, maka dibutuhkan badan penyangga produk pertanian terutama pertanian rakyat.
“Kalau dulu kita kenalnya Dolog, mungkin sekarang kita kenalnya Bulog. Harusnya mereka berperan menjaga stabilitas harga, sehingga tidak dikuasai mafia atau pun tengkulak. Ini kan yang memegang kunci penetapan harga itu pedagang perantara, bukannya petani,” terangnya.
Kondisi fisik jagung yang tetap memiliki nilai jual meski sudah dalam keadaan busuk, menjadi alasan mengapa aktivitas menimbun jagung tetap berjalan.
“Karena yang busuk bahkan berjamur sekali pun tetap bisa diolah menjadi pakan ternak,” tambahnya.
Profesor Rauf melanjutkan, pertanian jagung masih bisa dikembangkan di Sumut, mengingat tanaman jagung bukanlah tanaman yang sulit dikembangkan dan butuh perawatan yang rumit.
“Tetapi jika itu dilaksanakan, maka yang harus menjadi fokus pemerintah adalah bagaimana produk hilir dari petani bisa diserap dengan baik, sehingga petani tidak rugi,” pungkasnya. *(ika)