Untuk itu sejak bulan September lalu, Jhon Ferisal Tamba bersama 5 orang rekannya sesama mahasiswa Teknik Kimia Universitas Sumatera Utara (USU) melakukan penelitian pemanfaatan kulit jeruk sebagai bahan baku baterai.
Penelitian yang diberi judul “Biobattery from Polymer Electrolyte Orange Peel-PVA with Addition of Glycerol” ini kemudian diikutkan dalam kompetisi Tokyo Tech Indonesian Commitment Award (TICA) 2021.
Hasilnya Jhon dan kelima temannya yang tergabung dalam Gantari Engineering Research Club berhasil meraih hadiah 1 kompetisi yang digelar Perhimpunan Pelajar Indonesia (PPI) Jepang tersebut.
Saat ditemui di Laboratorium Teknik Kimia, Fakultas Teknik USU, Rabu (22/12/2021), Jhon dan teman-teman terlihat masih melakukan penelitian lanjutan dari temuannya.
“Karena kami berkeinginan menyempurnakan efektivitasnya, agar bisa semakin mendekati efektivitas baterai konvensional, sehingga jika nanti digunakan sekali pakai, limbah yang dihasilkan tidak berbahaya,” ujar Jhon Ferisal.
Dikatakan Jhon, saat mengikuti kompetisi tahunan tersebut, mereka awalnya tidak berharap bisa menjadi juara 1. Hal ini dikarenakan, dari 84 extended abstract yang masuk, mereka masih harus melalui seleksi lagi untuk bisa masuk babak semifinal.
“Dan saat dinyatakan masuk babak final atau babak 10 besar, kami merasa senang karena punya kesempatan mempublish riset kami di proceeding TICA. Dan setelah itu kami memiliki kesempatan untuk mempresentasikan riset kami dalam virtual conference di hadapan dewan juri dan juga tamu undangan, salah satunya rektor universitas di Jepang,” kata Jhon.
Jhon menjelaskan, sejak awal, ia dan teman-temannya sudah menggunakan kulit jeruk sebagai bahan baku. Ini dikarenakan, berdasarkan jurnal ilmiah yang mereka baca, kulit jeruk memiliki kandungan yang bisa dijadikan elektrolit.
“Dan proses untuk menghasilkan bio-baterai berbahan kulit jeruk ini kami takar sekitar 6 jam,” terangnya.
Saat ini, Gantari Engineering Research Club yang berada dibawah naungan Himpunan Mahasiswa Teknik Kimia FT USU dan beranggotakan Aravi Zalsa Ramadhan, Daniel Reymondo Manurung, Jhon Ferisal Tamba, Muhammad Rafli Derriansyah, Fortuna Khalda Daulay, Dan Josua Fransiskus Manurung terus menyempurnakan riset sehingga nantinya bisa diproduksi massal. *(ika)