Ticker

6/recent/ticker-posts

Header Ads Widget

Pekan Ini Omicron Masih Jadi Ancaman Bagi Pasar Keuangan

Seorang investor retail memperhatikan pergerakan salah satu emiten di IHSG. Pekan ini, kinerja pasar keuangan diprediksi masih akan dipengaruhi penyebaran Covid-19 varian Omicron yang dinyatakan resmi sudah masuk ke Indonesia.suaratani.com-dok


SuaraTani.com – Medan| Pekan ini akan menjadi pekan yang amat sepi dari sejumlah sentimen data ekonomi. Kalau melihat kinerja pasar keuangan di pekan kemarin, semuanya terpantau turun. Setelah banyak Bank Sentral memutuskan besaran bunga acuannya. Dimana The FED dan BI mempertahankan besaran suku bunga acuan. Pasar keuangan domestik pada dasarnya memiliki kecenderungan bergerak mendatar setelah keputusan tersebut.

Analis keuangan Sumatera Utara (Sumut) Gunawan Benjamin mengatakan, sekalipun ada ancaman kenaikan suku bunga acuan di tahun depan, akan tetapi pasar sudah mewanti-wanti kemungkinan tersebut. Hanya saja, laporan kasus pertama Omicron di tanah air menjadi kabar buruk yang membuat pasar keuangan bergejolak. 

“Meskipun IHSG dan Rupiah tepantau melemah karena Omicron, namun harga emas mampu berbalik karena omicron sedikit banyak menjadi instrument yang siap dilirik saat kinerja mata uang khususnya US Dolar dibayangi oleh gelombang lanjutan pandemi Covid 19,” ujar Gunawan Benjamin di Medan, Senin (20/12/2021).

Gunawan menyebutkan harga emas dunia saat ini mampu berbalik dikisaran US$1.798-an per ons troy, setelah sebelumnya di pekan kemarin sempat turun dikisaran US$1.760-an per ons troy. Harga emas masih mampu bertahan. Secara fundamental di saat terjadi gelombang pandemi, emas kerap mampu menguat harganya. 

“Harga emas justru diuntungkan saat kondisi ekonomi tidak sedang baik-baik saja,” sebutnya.

Omicron menurutnya saat ini menjadi ancaman baru bagi pasar keuangan global. Dan emas kerap menjadi alternatif investasinya. Walau demikian, ia menilai kenaikan harga emas akan sangat terbatas, karena secara teknikal emas akan sulit untuk berbalik ke level psikologis $2.000. Sementara US Dolar memiliki peluang menguat dalam jangka panjang, mengingat The Fed atau Bank Sentral AS menyatakan akan menaikkan bunga acuan dan mempercepat penghapusan program tapering.

Di pekan ini sentimen yang mempengaruhi pasar sangat sedikit. Dari AS data yang akan dirilis adalah data seputar inflasi yang sejauh ini masih akan menjadi kabar yang kurang baik bagi kinerja mata uang rupiah maupun harga emas. Untuk IHSG sendiri sepertinya masih belum beranjak jauh atau bergerak melandai. Namun pelaku pasar akan terus memantau perkembangan omicron di tanah air yang bisa saja menekan kinerja IHSG.

Jika seandainya jumlah pasien Omicron di tanah air terus mengalami peningkatan jumlah, atau penyebaran Omicron menggiring opini adanya kemungkinan gelombang ketiga Covid 19 di tanah air, ini akan jadi kesempatan bagi sejumlah investor untuk melirik saham-saham di sektor kesehatan. 

“Jadi pergerakan pasar di pekan ini akan lebih banyak dipemgaruhi oleh update kasus omicron, serta sentiment pergerakan pasar keuangan eksternal,” pungkasnya. *(ika)