Ticker

6/recent/ticker-posts

Header Ads Widget

Per November, Pendapatan Negara Capai Rp1.699,4 Triliun

Menkeu Sri Mulyani saat memaparkan kinerja APBN 2021 dalam temu pers yang digelar Selasa (21/12/2021).suaratani.com-ist


SuaraTani.com – Jakarta| Menguatnya kinerja ekonomi nasional telah mendorong berlanjutnya peningkatan kinerja APBN. Per November 2021, Pendapatan Negara mencapai Rp1.699,4 triliun atau 97,5% terhadap target. Realisasi tersebut tumbuh 18,2% (yoy) ditopang oleh meningkatnya penerimaan perpajakan, Kepabeanan dan Cukai dan Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP).

Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani mengatakan, penerimaan pajak yang tetap tumbuh positif, menunjukkan aktivitas ekonomi bergerak dan sejalan dengan pemulihan ekonomi. Penerimaan pajak hingga akhir November 2021 mencapai Rp1.082,6 triliun, tumbuh 17,0% (yoy) didorong pertumbuhan Pajak Lainnya yang tumbuh 79,7% (yoy) akibat dampak penyesuaian tarif Bea Materai serta PPh Migas yang tumbuh 57,7% (yoy) didorong kenaikan harga komoditas migas. Selanjutnya, PPN tumbuh 19,8% (yoy) didorong peningkatan aktivitas ekonomi yang kembali normal dan peningkatan impor. 

“Di sisi lain, PBB tumbuh negatif 6,2% (yoy), masih ditopang oleh pendapatan PBB Migas,” ujar Menkeu Sri Mulyani dalam temu pers yang berlangsung Selasa (21/12/2021).

Menkeu menyebutkan, penerimaan Kepabeanan dan Cukai terealisasi sebesar Rp232,3 triliun atau sebesar 108,1% terhadap target pada APBN 2021, tumbuh 26,6% (yoy). Penerimaan Bea Cukai sudah melebihi target dan diperkirakan masih tumbuh, didorong tren positif Bea Masuk, resiliensinya performa Cukai, serta kinerja meyakinkan Bea Keluar. Bea Masuk tumbuh 18,255 (yoy) dipengaruhi tren kinerja impor nasional yang terus meningkat. Cukai yang tumbuh 10,8% (yoy) akibat efektifitas kebijakan dan pengawasan di bidang Cukai dan membaiknya kondisi pandemi nasional, serta Bea Keluar yang tumbuh 819,49% (yoy) didorong peningkatan volume ekspor dan harga komoditi tembaga, bauksit, dan produk kelapa sawit.

Realisasi PNBP mencapai Rp382,5 triliun atau 128,3% dari target, sejalan dengan kenaikan harga komoditas migas, minerba dan CPO. Pendapatan SDA Migas tumbuh 24,7% (yoy) terutama disebabkan kenaikan ICP dalam 12 bulan terakhir, sedangkan pendapatan SDA Nonmigas tumbuh 86,9% (yoy) akibat kenaikan harga komoditas, kenaikan sektor kehutanan dan panas bumi. 

“Selain itu, pendapatan dari kekayaan negara yang dipisahkan tercapai 116, 7% target APBN dipengaruhi berkurangnya setoran dividen dan tidak adanya pendapatan dari sisa surplus BI. PNBP Lainnnya tumbuh 32,4% (yoy) akibat kenaikan pendapatan dari penjualan hasil tambang dan pasar obligasi domestik migas serta layanan PNBP K/L. Terakhir, PNBP BLU tumbuh 80,1% (yoy),” katanya.

Lebih jauh Menkeu menerangkan, defisit anggaran sampai dengan akhir November 2021 mencapai Rp611,0 triliun atau sekitar 3,63% dari PDB (60,7% dari pagu APBN 2021). Defisit APBN 2021 diperkirakan berada pada kisaran 5,0% - 5,2% PDB, seiring komitmen Pemerintah menuju konsolidasi fiskal di 2023. 

Sementara itu realisasi Pembiayaan Anggaran sudah mencapai Rp642,6 triliun atau sebesar 63,8% terhadap pagu APBN 2021. Kebutuhan Pembiayaan Anggaran menurun tajam seiring membaiknya penerimaan APBN, serta optimalisasi pemanfaatan SAL.

“Realisasi Pembiayaan sampai akhir November 2021 ini masih didominasi oleh Pembiayaan Utang sebesar Rp658,4 triliun yang terdiri atas realisasi Surat Berharga Negara (Neto) sebesar Rp670,4 triliun dan Pinjaman (Neto) sebesar negatif Rp12,0 triliun. Penerbitan SBN melalui lelang dan SBN Ritel Tahun Anggaran 2021 sudah selesai dilaksanakan. Sementara itu, rencana penerbitan SBN skema SKB III 2021 yang tersisa sebesar Rp157 triliun akan diterbitkan pada akhir Desember 2021,” terangnya. 

Menkeu menambahkan, ekonomi global dan domestik terus menunjukkan pemulihan dan memberikan optimisme. Tren positif ekonomi turut mendukung kinerja APBN dalam mendukung pemulihan ekonomi. Upaya penanganan Covid-19 tetap dijaga, dengan kedisiplinan protokol kesehatan masyarakat dan vaksinasi terus didorong seiring aktivitas masyarakat kembali normal.

“Meski demikian, berbagai risiko global dan domestik masih perlu terus diwaspadai, termasuk terhadap kondisi kasus Covid-19 menjelang libur Nataru,” pungkasnya. *(jasmin)