Ticker

6/recent/ticker-posts

Header Ads Widget

Rupiah dan Emas Diprediksi Turun, Saham Naik

Harga emas diprediksi akan menurun jika pandemi Covid-19 benar-benar berakhir di tahun 2022.suaratani,.com-ist

SuaraTani.com – Medan| Di awal tahun 2022 ini, pelaku pasar kembali dibanjiri kabar positif terkait dengan harapan kemungkinan pandemi Covid 19 berakhir. Portfolio investasi kembali diracik ulang. 

Tidak menunggu sampai ekspektasi tersebut benar-benar menjadi kenyataan. Hal inilah yang membuat sejumlah instrumen investasi harganya bergerak belakangan ini. Harga emas yang di penghujung tahun 2021 sempat menyentuh harga US$1.830 per ounce troy nya, menurut analis pasar keuangan Sumatera Utara (Sumut) Gunawan Benjamin saat ini diperdagangkan dikisaran US$1.800-an per ounce troy nya. 

Kinerja harga emas tersebut memang mengalami penurunan, tetapi belum dalam angka yang menunjukan konfirmasi kuat, bahwa tren turun benar-benar terjadi nantinya.

Penurunan harga emas dipicu oleh membaiknya kinerja bursa saham global, ditambah dengan bayang bayang tapering tantrum yang akan diambil oleh bank sentral AS nantinya. 

“Jadi saya masih berkesimpulan sekalipun ada ancaman gelombang covid 19, namun hal  tersebut tidak akan merubah arah pergerakan harga emas secara fundamental,” ujar Gunawan Benjamin di Medan, Selasa (4/1/2022).

Gunawan menilai , harga emas dalam jangka panjang berpeluang terancam turun. Karena disaat suku bunga acuan di AS mengalami kenaikan, dan pembelian aset oleh The FED berakhir, maka US Dolar berpeluang untuk mengalami penguatan yang bisa memicu pelemahan harga emas dunia. 

‘Tetapi untuk harga emas  di dalam negeri, penurunannya tidak akan 100% mengikuti pergerakan harga emas dunia,” urainya..

Sementara kinerja Rupiah yang melemah belakangan ini menurut Gunawan justru akan menahan pelemahan harga emas domestik. Untuk diketahui, kinerja mata uang Rupiah selama awal tahun baru ini melemah dikisaran 14.300-an per US Dolar. Pelemahan mata uang Rupiah juga dihantui oleh kebijakan tapering tantrum bank sentral AS. 

‘Ini yang menjadi persoalan mendasar pelemahan Rupiah belakangan ini,” imbuhnya.

Sementara itu, persoalan wabah Covid-19 yang diperkirakan selesai tahun ini, pada dasarnya tidak akan banyak menolong kinerja mata uang Rupiah. Akan tetapi Rupiah lebih banyak dipengaruhi oleh kebijakan Bank Sentral di AS. Dan kemungkinan berkahirnya pandemic di tahun 2022 ini sangat menguntungkan kinerja indeks bursa saham.

Karena ekspektasi pemulihan ekonomi mulai menguat seiring dengan ekspektasi berakhirnya pandemic Covid 19. Ini menjadi modal penting bagi IHSG yang sejauh ini terus terdongkrak kinerjanya. Namun Gunawan memprediksi  bahwa semuanya ini bisa saja tidak berlangsung lama. Terlebih jika ekspektasi pandemic Covid 19 berubah nantinya, dan pelaku pasar akan kembali merubah strategi investasinya.

“Sejumlah sentimen pasar saat ini belum sepenuhnya menunjukan adanya indkator kuat bergerak ke salah satu arah tertentu. Kita membutuhkan konfirmasi yang lebih pasti khususnya terkait dengan pandemic. Dan salah satu kepastian yang saat ini terkonfimasi adalah kebijakan normalisasi Bank Sentral AS,” tutupnya. *(ika)