Ticker

6/recent/ticker-posts

Header Ads Widget

Petani Keluhkan Jalan Nagori Saran Padang Rusak Parah, Toke Mulai Enggan Masuk

Kondisi jalan di Nagori Saran Padang, Kecamatan Dolok Silau Kabupaten Simalungun rusak parah. Petani berharap pemerintah dapat memperbaiki jalan provinsi tersebut untuk memudahkan trasnportasi pengungkatan hasil-hasil pertanian dari Dolok Silau. suaratani.com - ist 

SuaraTani.com – Medan| Petani di Nagori Saran Padang, Kecamatan Dolok Silau Kabupaten Simalungun, mengeluhkan infrastuktur jalan yang rusak parah. Kondisi jalan kelas provinsi  yang berlubang-lubang membuat transpotasi hasil-hasil pertanian menjadi sulit.

"Saat ini toke-toke atau agen yang selama ini membeli hasil pertanian petani sudah enggan masuk ke desa kami karena parahnya kondisi jalan yang ada," kata Ketua Kelompok Tani Ora Et Labora, Rudi Tarigan, petani bawang merah di Nagori Saran Padang, Kecamatan Dolok Silau, Kabupaten Simalungun, Provinsi Suatera Utara (Sumut), kepada SuaraTani.com, Rabu (4/5/2022) melalui WhatsApp.

Kalaupun ada toke-toke yang masuk, kata Rudi, harga lah yang ditekan dan itu membuat petani tidak memiliki posisi tawar. 

"Tak  ada pilihan, petani terpaksa menjual hasil pertanian dengan harga yang sudah ditentukan toke,” jelasnya.  

Karena itu, mereka berharap, Pemerintah Provinsi Sumut dapat memperbaiki kondisi jalan yang sudah rusak parah itu, sehingga transportasi hasil-hasil pertanian dapat berjalan dengan baik. Karena, kondisi jalan sangat memengaruhi harga jual hasil pertanian petani. 

Mengenai harga jual bawang merah, Rudi mengatakan, sejak pertengahan April 2022 hingga saat ini, harga bawang merah di Kabupaten Simalungun bertengger di kisaran Rp22.000 per kilogram (kg). Begitupun tidak semua petani dapat menikmati tingginya harga bawang tersebut.

“Karena luas pertanaman di tempat kami berkurang jauh, petani banyak yang mengalihkan tanaman bawangnya ke komoditas lain, seperti jagung dan terung yang disebabkan tingginya harga pupuk,” ucapnya. 

Menurut Rudi, diakhir Maret lalu, harga bawang merah sempat anjlok diharga Rp14.000 per kg karena produksi bawang merah di Sumut berlimpah. Anjloknya harga itu diperparah lagi dengan tingginya harga pupuk sehingga petani tidak memperoleh margin seperti yang diharapkan.  

Dikatakannya, penen bawang merah di desa mereka telah berlangsung sejak Maret lalu dan akan berlangsung sampai Juli 2022 mendatang.

“Semoga harga bisa bertahan tinggi seperti sekarang mencapai Rp22.000 per kg. Dengan harga tinggi, petani bisa mendapatkan keuntungan karena luas lahan tanaman bawang petani banyak yang dikurangi. Saat ini di kelompok tani kami (Ora Et Labora) luas pertanamannya tinggal dua hektare saja, dari sebelumnya mencapai lima sampai enam hektare per musim tanam,” terangnya. * (junita sianturi)