Ticker

6/recent/ticker-posts

Header Ads Widget

Selama Pekan Ini, Rupiah dan IHSG dalam Guncangan

Grafik pergerakan saham. Di pekan ini baik IHSG dan rupiah mengalami guncangan.suaratani.com-ist 

SuaraTani.com – Medan| Awal pekan ini menjadi awal pekan kelabu bagi Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) karena ditutup anjlok lebih dari 4%. Dan tidak berhenti disitu tren turun pada IHSG juga berlanjut hingga penutupan perdagangan hari ini.

Pada hari ini IHSG ditutup turun 0.05% di level 6.816,20, IHSG turun dalam 3 hari berturut-turut. Sementara mata uang Rupiah ditransaksikan di level 14.538 per US Dolar.

Analis Keuangan Sumatera Utara (Sumut), Gunawan Benjamin, mengatakan, pelemahan kinerja pasar keuangan pada saat ini tidak terjadi sendiri. Pasar keuangan global juga mengalami tekanan hebat belakangan ini. Khususnya setelah Bank Sentral AS menaikkan besaran bunga acuannya. Pelemahan kinerja pasar keuangan belakangan ini juga dihantui oleh tingginya laju tekanan inflasi di banyak Negara.

Dampak dari pelemahan rupiah ini bisa memicu terjadinya kenaikan inflasi di tanah air. Dengan tingginya harga enerji maupun bahan pangan global, maka pelemahan rupiah akan memperburuk kenaikan harga pangan maupun enerji di tanah air. 

“Dan multiplier efeknya bisa kemana-mana, masyarakat miskin yang paling rentan terpukul dengan pelemahan mata uang rupiah tersebut,” kata Gunawan Benjamin di Medan, Rabu (11/5/2022).

Pelemahan rupiah belakangan ini dinilai Gunawan memang banyak dipengaruhi oleh faktor global. Dan pengaruh global tersebut diluar kemampuan disini untuk mengendalikannya.

“Jadi mau  tidak mau kita harus menyesuaikannya. Dan sayangnya penyesuaian kebijakan yang kemungkinan akan dilakukan adalah dengan penyesuaian harga pangan maupun enerji di tanah air,” katanya.

Gunawan menambahkan, pelemahan rupiah ini sangat potensial memberikan pukulan besar bagi kondisi ekonomi masyarakat menengah kebawah khususnya masyarakat miskin. Sejauh ini, tren kenaikan suku bunga acuan di AS belum akan berhenti setidaknya hingga tahun depan. Jadi ancaman pelemahan rupiah ini masih akan terjadi nantinya.

Sejauh ini Bank Indonesia tentunya sudah mengambil ancang-ancang untuk menaikkan bunga acuan. Tetapi menaikan bunga acuan di tanah air bukan tanpa biaya. Kenaikan bunga acuan justru bisa menambah tekanan pada pertumbuhan ekonomi nasional. Dimana kenaikan bunga acuan ini akan membuat beban bunga pinjaman naik.

“BI bisa saja menyesuaikan besaran bunga acuannya mengikuti tren perkembangan bunga acuan di AS. Tetapi hal tersebut akan mengorbankan daya beli. Ditambah lagi dengan kemungkinan kenaikan harga BBM maupun LPG di masa yang akan datang, mengingat harga minyak mentah dunia maupun LPG dunia mengalami kenaikan lebih dari 100% dalam satu tahun terakhir,” tambahnya.

Tantangan kebijakan pengendalian ekonomi makro saat ini tengah dalam situasi yang sangat sulit. Ditambah lagi ada perang yang membuat ekspektasi ekonomi kedepan kian sulit diprediksikan. Semua dalam kondisi yang tidak pasti, tetapi ketidakpastian tersebut tengah menggiring dalam tekanan ekonomi yang sulit terhindarkan. *(ika)