Ticker

6/recent/ticker-posts

Header Ads Widget

Sumut Miliki 201.373 Hektare Potensi Lahan Perikanan Budidaya, Baru 13,88% yang Dimanfaatkan

Masyarakat di Kota Binjai mendapatkan pelatihan budidaya ikan lele dengan menggunakan sistem bioflok pada 6-9 September 2022 lalu.suaratani.com-ist 

SuaraTani.com – Binjai| Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) melalui Badan Riset dan Sumber Daya Manusia Kelautan dan Perikanan (BRSDM) berupaya meningkatan produktivitas budidaya melalui peningkatan kompetensi SDM dalam pemanfaatan potensi lahan perikanan budidaya di Sumatera Utara (Sumut).

Provinsi Sumut memiliki potensi lahan perikanan budidaya sebesar 201.373 hektare, namun di satu sisi tingkat pemanfaatannya baru 13,88% pada 2020, yang didominasi oleh budidaya air tawar. 

“Aktivitas budidaya terus digalakkan KKP untuk meningkatkan produktivitas perikanan, serta perekonomian masyarakat secara linear dengan potensi perikanan tiap daerah. Aksi ini telah dikukuhkan dalam salah satu program prioritas KKP, yaitu menjaga daya dukung lingkungan dengan budidaya ikan yang ramah lingkungan untuk meningkatkan produksi perikanan pasar ekspor dan dalam negeri. Oleh karenanya, BRSDM berupaya mewujudkan program tersebut melalui peningkatan kompetensi masyarakat perikanan,” papar Kepala BRSDM I Nyoman Radiarta dalam keterangan tertulis, Rabu (14/9/2022).

Selain meningkatkan perekonomian daerah, Nyoman menilai kegiatan pelatihan perikanan budidaya ini penting untuk menjawab krisis pangan dunia. 

“Upaya ini kami laksankan agar para pembudidaya dapat menerapkan proses budidaya yang baik dan memenuhi swasembada bahan pangan,” terangnya.

Nyoman pun turut menyinggung persoalan stunting yang masih menghantui anak Indonesia. Pihaknya berharap, dengan peningkatan produktivitas perikanan seirama dengan peningkatan konsumsi ikan sebagai sumber protein masyarakat. Terlebih KKP juga memiliki program Gemar Memasyarakatkan Makan Ikan (Gemarikan) untuk mengurangi angka stunting di Indonesia.

Sebelumnya pada 7 - 9 September 2022, BRSDM bersama Djarot Saiful Hidayat selaku Anggota Komisi IV DPR RI menggelar Pelatihan Budidaya Ikan Lele dengan Sistem Bioflok dan Budidaya Kepiting Soka secara luring di Kabupaten Langkat dan Kota Binjai, Sumut. Pelatihan tersebut difasilitasi Balai Pelatihan dan Penyuluhan Perikanan (BPPP) Medan. Masing-masing pelatihan menyasar 100 orang peserta yang merupakan masyarakat perikanan.

Kepala Pusat Pelatihan dan Penyuluhan Kelautan dan Perikanan (Puslatuh KP), Lilly Aprilya Pregiwati, menekankan keunggulan yang melekat dengan sistem bioflok. Menurutnya budidaya lele dengan sistem bioflok dapat dilakukan di daerah dengan keterbatasan air. Keunggulan lainnya adalah padat tebar lebih tinggi karena flok yang dihasilkan oleh probiotiknya dapat digunakan sebagai pakan.

“Dengan adanya pelatihan ini, para pembudidaya juga bisa paham bagaimana menjalankan budidaya dengan baik dan mendapatkan angka FCR (Feed Conversion Ratio) yang bagus. Tentunya pelatihan ini juga harus mendapat pendampingan dari para penyuluh perikanan dari mulai tahap pra produksi hingga pasca produksi, agar output yang telah ditetapkan dapat tercapai,” harap Lilly.

Hal senada disampaikan Djarot Saiful Hidayat, Anggota Komisi IV DPR-RI. Pihaknya menerangkan bahwa pelatihan ini dilakukan relevan dengan potensi dan permintaan masing-masing wilayah. Di mana Pelatihan Budidaya Ikan Lele dengan Sistem Bioflok diadakan di Kota Binjai, sementara Pelatihan Budidaya Kepiting Soka dilaksanakan di Kabupaten Langkat.

“Potensi budidaya kepiting soka di Kabupaten Langkat itu besar sekali. Selain itu, pelatihan budidaya lele sistem bioflok ini juga sangat diinginkan masyarakat. Tentunya pelatihan ini dilaksanakan agar ikan dapat diproduksi secara masif sebagai suplai, tak hanya di daerah tapi juga sampai perkotaan, supaya dapat menggapai kedaulatan pangan. Pasalnya menurut data dari Studi Status Gizi Indonesia tahun 2021, 13 dari 33 kabupaten dan kota di Sumatera Utara masih berstatus ‘merah; alias memiliki prevalensi stunting di atas angka 30%,” jelasnya. *(putri)