Ticker

6/recent/ticker-posts

Header Ads Widget

VESSWIC Rancang Stasiun Konservasi Gajah Sumatera untuk Lindungi Populasi

Tim VESSWIC saat melakukan survei monitoring di kawasan Taman Nasional Gunung Lauser, beberapa waktu lalu.suaratani.com-ist

SuaraTani.com – Langkat| Veterinary Society for Sumatran Wild Conservation (VESSWIC) akan merancang Stasiun Konservasi Gajah Sumatera di kawasan Taman Nasional Gunung Lauser, setelah melakukan survei monitoring habitat gajah sumatera untuk melindungi populasi dari kepunahan. 

Direktur VESSWIC, drh. Muhammad Wahyu, mengatakan, kondisi gajah sumatera berstatus spesies yang terancam kritis (Critically Endangered) berisiko tinggi untuk punah di alam liar. Oleh karena itu, VESSWIC melakukan survei agar dapat menghasilkan data untuk menilai kesesuaian populasi dan daya dukung habitat koridor di Langkat Sikundur seluas 205.355 hektare.

"Pelaksanaan monitoring dapat dilakukan dengan waktu yang telah disesuaikan. Waktu yang efektif untuk survei dan monitoring  rutin dilakukan selama 12 bulan, frekuensi satu bulan sekali, selama 12 hari efektif di dalam hutan," kata Wahyu, Sabtu (10/9/2022). 

Kegiatan monitoring ini, lanjut Wahyu,  tidak terlepas dari pengumpulan data melalui pendekatan berbagai metode secara bertahap.

"Data dikumpulkan dari smart patrol, survei okupansi, analisis vegetasi dan camera trap untuk kemudian dapat menghasilkan data," ujarnya. 

Kemudian, dilakukan dalam menganalisis, penilaian dan identifikasi potensi untuk mengetahui permasalahan kesesuaian populasi di habitat Langkat Sikundur berdasarkan jumlah, sebaran, kelompok, keterhubungan, dan daya dukung lainnya.

Meskipun sudah melakukan beberapa tahapan tersebut di lapangan, Wahyu mengungkapkan pihaknya juga mengalami beberapa kendala. 

"Realita di lapangan menuntut kebutuhan akan durasi waktu dan teknis pelaksanaan kegiatan yang lebih lama dan lebih lengkap," sebutnya.

Melihat realita di lapangan, VESSWIC berencana akan mengumpulkan data yang terintegrasi dan dirancang dengan durasi waktu lebih lama. Ditambah perlengkapan teknis lapangan lebih lengkap dengan konsekuensi kebutuhan biaya yang lebih besar. 

Sementara, anggota Tim Survei 1, Herwansyah mengatakan monitoring yang dilakukan dalam satu tim terdiri dari tujuh orang di kawasan Seksi Pengelolaan Taman Nasional (SPTN) V, Bukit Lawang-Bahorok. 

"Tim mendata satwa liar yang berfokus kepada Gajah Sumatera, dan ditemukan kotoran, gesekan, jejak Gajah Sumatera di Resort Bahorok. Bahkan tim juga menemukan jejak harimau sumatera,” ungkapnya.

Sementara untuk tim survei 2, Andi Syahputra, beroperasi di SPTN VI Wilayah 2, yang terdiri dari Resort Cinta Raja, Sei Betung dan Tangkahan, dengan menyiapkan navigasi seperti GPS, peta, kompas dan logistik lapangan. 

Dalam survei yang dilakukan selama 12 hari, tim melakukan pemasangan camera trap dan mengambil sampel beberapa pakan gajah. Secara kasat mata, tim menemukan gajah sumatera sebanyak tiga ekor. Namun untuk saat ini, tim belum bisa memastikan berapa jumlah gajah tersebut. 

"Data dari survei wilayah SPTN V dan VI bahwa konflik antara gajah sumatera dengan warga di wilayah SPTN VI lebih banyak dibanding SPTN V. Karena memang gajah sumatera ini lebih banyak di wilayah SPTN VI, yang banyak berbatasan dengan perkebunan masyarakat dengan habitat gajah sumatera dan merupakan zona lintasan gajah. Kawasan itu sudah banyak pemukiman warga,” pungkasnya. *(rag)