Ticker

6/recent/ticker-posts

Header Ads Widget

Data Inflasi Setelah Kenaikan Harga BBM, Sebabkan IHSG dan Rupiah Rawan Terkoreksi

Seorang warga menunjukkan uang kertas rupiah. Di pekan ini rupiah dan IHSG rawan koreksi mengingat BPS akan merilis data inflasi Septemmber.suaratani.com-ist 

SuaraTani.com – Medan| Di awal pekan, data inflasi di tanah air akan menjadi penggerak pasar  Inflasi akan menjadi kabar yang sangat berpengaruh dalam menggerakkan IHSG dan rupiah. Pada dasarnya pelaku pasar sudah jauh hari melakukan perhitungan dan penyesuaian (priced in) terhadap IHSG maupun rupiah, setelah pemerintah menaikkan harga BBM bersubsidi sebelumnya.

Sejauh ini menurut analis keuangan Sumatra Utara (Sumut), Gunawan Benjamin, sejumlah bursa global masih dalam tekanan setelah AS masuk dalam jurang resesi di akhir pekan kemarin. Dan jika realisasi inflasi nasional nantinya lebih buruk dari ekspektasi sebelumnya, maka IHSG maupun rupiah masih berpeluang untuk diperdagangkan di zona merah. Sejauh ini, skenario terburuk bahwa inflasi pada bulan September akan menyentuh  6% year on year.

“Jika melewati batas skenario terburuk tersebut, maka IHSG dan Rupiah akan merespon negatif, karena realisasi inflasi lebih buruk dari ekspektasi terburuk sebelumnya,” ujar Gunawan di Medan, Senin (3/10/2022). 

Di sisi lain kata Gunawan, kinerja bursa global juga dalam kondisi rawan koreksi seiring dengan masih memburuknya kinerja ekonomi di banyak negara besar. Sentimen pelemahan bursa global juga akan memperparah kinerja pasar keuangan seperti IHSG dan rupiah kedepan.

Sejauh ini, IHSG masih mampu berada dikisaran level 7.000. Jika tidak ditopang dengan fundamental yang kuat. IHSG pada dasarnya berpeluang melemah hingga mendekati level psikologis 6.600. Sementara potensi penguatan IHSG terbatas di kisaran level 7.193. Selain itu, mata uang rupiah kinerjanya masih dalam tekanan, seiring dengan kuatnya rencana kenaikan bunga acuan The FED secara agresif setidaknya hingga tutup tahun 2022 ini.

“Selama sepekan perdagangan kedepan, pasar keuangan global pada dasarnya tidak memiliki banyak agenda besar yang bisa merubah pergerakan pasar secara signfikan. yang seharusnya bisa men-drive pasar untuk bergerak sideways atau mendatar. Memang ada beberapa data penting, dan diperkirakan masih menunjukan adanya penurunan aktifitas ekonomi yang terjadi,” katanya.

Terpisah, harga emas yang pada akhir pekan lalu mengalami kenaikan, diperkriakan bergerak sideways selema sepekan kedepan. Akhir pekan kemarin emas sempat bertengger dikisaran US$1.660 per ons troy. Diperkirakan akan bergerak dalam rentang US$1.635 hingga US$1.675 per ons troy nya. *(ika)