Ticker

6/recent/ticker-posts

Header Ads Widget

Harga Telur dan Daging Ayam Terus Merosot

Seorang penjual daging ayam di pasar tradisional di Kota Medan. Harga daging ayam dan telur ayam terus cenderung mengalami penurunan tajam.suaratani.com-dok 

SuaraTani.com – Medan| Harga daging ayam dalam tiga hari terakhir mengalami penurunan yang cukup tajam. Mengacu kepada PIHPS, di Kota Medan harga daging ayam turun dari kisaran harga Rp29.900 per Kg menjadi Rp26.300 di pekan ini atau anjlok sekitar 12%. Padahal harga daging ayam di Kota Medan mampu bertahan dikisaran Rp29.900 per Kg sekitar lebih kurang satu bulan lamanya.

Di Siantar, harga daging ayam juga mengalami penurunan dikisaran Rp22.250 per Kg, dari posisi akhir pekan kemarin yang masih sempat dijual dikisaran Rp24 ribu per Kg atau turun 7.3%. 

“Sedangkan di Padangsidimpuan juga turun 3% dari posisi Rp34.500 menjadi Rp33.500 per Kg, sementara untuk Kota Gunung Sitoli masih stabil Rp30 ribuan per Kg, dan di kota lainya seperti Sibolga stabil di Rp41 ribuan per Kg,” ujar Ketua Tim Pemantau Harga Bahan Pokok, Gunawan Benjamin di Medan, Rabu (5/10/2022).

Namun untuk telur ayam, kata Gunawan,  harga jual di Sibolga turun tajam dari akhir pekan lalu yang di level Rp38 ribu per Kg, saat ini dijual dikisaran harga Rp33 ribu per Kg, atau anjlok 13%. Sementara untuk PadangSidimpuan masih stabil dikisran Rp25.600 per Kg, Siantar stabil dengan kecenderungan turun dari Rp25.800 ke 25.200 per Kg. 

“Untuk di Kota Sibolga stabil dikisaran Rp29.700 dan di Kota Medan juga stabil dikisaran Rp26.100 per Kg,” katanya.

Ia menilai, kedua komoditas sumber protein tersebut, baik daging ataupun telur ayam berpeluang untuk melanjutkan tren penurunan. Dari temuan di lapangan, pasokan dari wilayah Deliserdang mengalami peningkatan. 

“Hal inilah yang menjadi landasan mengapa telur ayam juga diproyeksikan berpeluang untuk turun harga, seiring dengan penambahan jumlah indukan ayam petelur baru, setelah sebelumnya banyak ditemukan ayam indukan afkir yang membuat harga telur mengalami kenaikan,” terangnya.

Tetapi, dari hasil temuan di lapangan, lanjut Gunawan, banyak peternak ayam pedaging yang sudah tidak lagi melanjutkan usahanya. Dari beberapa responden yang ditemui, sekitar 90% peternak ayam mandiri lebih memilih menutup usahanya, seiring dengan peningkatan harga input produksi peternakan dan kenaikan pengeluaran akibat inflasi.

Data BPS juga menunjukan terjadi penurunan indeks nilai tukar petani peternakan yang turun dari 100.23 (Agustus) menjadi 99.67 (September). Dan dari di bulan Juni ke Juli, indeks nilai tukar petani peternakan sebelumnya mampu berada di level 101.75 (Juni) dan 100.17 (Juli). Nah, sejauh ini peternak yang masih mampu bertahan adalah peternak plasma yang bekerja sama dengan perusahaan.

“Diperkirakan total jumlah peternaknya berkisar 80% plasma, dan 20% mandiri. Dan dari pantauan harga pakan ternak sendiri, pada dasarnya dalam dua pekan terakhir harga pakan ternak terpantau stabil. Jadi saat ini penurunan harga daging ayam dan telur ayam serta potensi penurunan lanjutan nantinya dipengaruhi oleh penambahan pasokan yang melimpah,” pungkasnya. *(ika)