Ticker

6/recent/ticker-posts

Header Ads Widget

Petani di Sumut Mulai Terima Bantuan Benih Kedelai Tahun Anggaran 2023

Verifikasi CPCL bantuan benih kedelai di Desa Perkebunan Limau Manis Kecamatan Lima Puluh Kqbupaten Batubara, Kamis (9/3/2023).suaratani.com-ist

SuaraTani.com – Batubara| Bantuan benih kedelai yang bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Nasional (APBN) Tahun Anggaran 2023 untuk sejumlah anggota kelompok tani (Poktan) di Sumatera Utara (Sumut) mulai didistribusikan. 

Plh Kepala Seksi Aneka Kacang dan Umbi Bidang Tanaman Pangan Dinas Ketahanan Pangan, Tanaman Pangan dan Hortikultura (Ketapang TPH) Sumut, Hendrik Miraza, mengatakan, distribusi benih kedelai tersebut telah dilakukan sejak awal Januari 2023.

Sejumlah Poktan di Kabupaten Serdangbedagai (Sergai) sudah menerima benih kedelai bantuan varietas Anjasmoro sejak awal Januari 2023 lalu.  

Namun, dari alokasi seluas 320 hektar (ha), benih kedelai yang didistribusikan ke petani Sergai baru berkisar 100 ha. 

Begitu juga di Kabupaten Langkat, benih kedelai yang diterima anggota Poktan hanya untuk areal seluas 210 ha dari alokasi sebanyak 310 ha. 

Kondisi tersebut  tidak jauh berbeda dengan Kabupaten Asahan yang baru menerima benih kedelai untuk pertanaman seluas 117 h dari alokasi sebanyak 171 ha. 

“Tetapi untuk Kabupaten Labuhanbatu Selatan (Labusel), penyaluran benih sudah dilakukan secara keseluruhan untuk pertanaman seluas 165 ha,” ujar Hendrik MIraja, saat melakukan verifikasi Calon Petani Calon Lokasi (CPCL) penerima bantuan kedelai di Kelompok Wanita Tani Limau Desa Perkebunan Limau Manis Kecamatan Lima Puluh Kabupaten Batubara, Kamis (9/3/2023) siang.

Hendrik menyebutkan, keterbatasan benih kedelai yang tersedia membuat bantuan dilakukan secara bertahap.

“Selain juga dikarenakan lambannya pengajuan CPCL dari pihak kabupaten/kota,” tuturnya.

Hendrik mengemukakan, setiap penerima bantuan menerima tidak hanya benih kedelai, tapi juga sarana produksi pertanian (saprodi) seperti pupuk. Untuk setiap ha, penerima bantuan akan mendapatkan 50 kilogram (kg) benih kedelai, 50 kg pupuk NPK, 3 kg pupuk hayati dan 2 liter pestisida.

“Bantuan itu memang belum mencukupi, sehingga diharapkan adanya swadaya dari penerima bantuan agar bisa melakukan pertanaman kedelai,” ujarnya.

Khusus di wilayah Kabupaten Batubara, pihaknya memverifikasi sebanyak 8 Poktan di 7 desa yang masuk dalam wilayah 6 kecamatan. 

Nantinya secara keseluruhan, Kabupaten Batubara akan menerima alokasi bantuan benih kedelai untuk pertanaman seluas 65,5 ha.

“Kalau sudah dinyatakan lolos verifikasi, para poktan yang hari ini kita verifikasi sudah bisa menerima bantuan pada awal April mendatang,” tegasnya.

Kepala Desa Perkebunan Limau Manis Kecamatan Lima Puluh, Lisa Miranti, menyambut positif KWT Limau dipercaya untuk mendapatkan bantuan dari pihak Kementerian Pertanian. 

Bantuan tersebut diyakini Lisa Miranti akan semakin memacu semangat anggota KWT Limau untuk memanfaatkan lahan tidak produktif di desa tersebut.

“Selama ini kita memanfaatkan lahan tidak produktif untuk bertanam jagung dan tanaman palawija lainnya,” ujarnya.

Kendati belum pernah menanam kedelai, namun pihaknya meyakini, para anggota KWT Limau akan serius menekuni komoditas pertanian yang saat ini harganya cukup menjanjikan.

“Petani kami akan belajar dengan sungguh-sungguh soal bertanam kedelai, baik dari petani yang sudah menanam maupun dari petugas PPL (Penyuluh Pertanian Lapang, red) di wilayah ini,” sebutnya. 

Sementara, Kepala Dinas Ketapang TPH Sumut, Rajali, mengakui, minat petani bertanam kedelai masih tergolong minim. Indikasi itu terlihat dari data CPCL yang masuk ke pihaknya.

“Dari alokasi untuk Sumatera Utara sebanyak 30 ribuan hektar, hanya ada sekira 9.971 hektar di 12 kabupaten yang menjadi CPCL,” tukasnya.

12 kabupaten/kota yang menjadi CPCL adalah Labusel (165 ha), Sergai (320 ha), Langkat (310 ha), Asahan (171 ha), Batu Bara (65,5 ha), Nias Barat (200 ha), Gunungsitoli (500 ha), Mandailing Natal (904 ha), Kota Tanjungbalai (50 ha), Simalungun (6.314 ha), Tapanuli selatan (20 ha), Tapanuli Utara (250 ha), Nias Selatan (200 ha), dan Deliserdang (501 ha).

Padahal menurut Rajali, prospek budidaya kedelai saat ini cukup menjanjikan. 

“Impor kedelai sudah dibatasi sehingga kesempatan ini harus dimanfaatkan petani Indonesia, termasuk Sumatera Utara,” pungkasnya. *(ika)