Ticker

6/recent/ticker-posts

Header Ads Widget

Resesi AS Sudah di Depan Pintu, Pasar Keuangan Bertumbangan

Grafik pergerakan IHSG. Di perdagangan akhir pekan, banyak pasar keuangan yang tumbang sebagai imbas pernyataan Gubernur The FED.suaratani.com-ist

SuaraTani.com – Medan| Gubernur Bank Sentral AS, Jerome Powell, memberikan gambaran buruk terkait dengan rencana kenaikan suku bunga acuan The FED nantinya.

Kenaikan suku bunga acuan di AS bisa dinaikkan dari target awal sebelumnya. The FED akan sangat berpeluang untuk menaikkan bunga acuan hingga 6% kedepan.

Ini menurut Analis Keuangan Sumatera Utara (Sumut), Gunawan Benjamin, bisa diartikan bahwa apa yang dikhawatirkan oleh banyak pihak terkait dengan kemungkinan resesi sudah tidak terbantahkan lagi. 

Sulit bagi AS untuk keluar dari ancaman resesi tersebut, karena bunga tinggi akan terus menekan pertumbuhan ekonomi. 

“Dan tentunya apa yang disampaikan oleh Gubernur Bank Sentral AS sangat mencerminkan kondisi fundamental ekonomi AS, dimana AS harus mengalami resesi untuk kemudian baru masuk ke periode pemulihan,” sebut Gunawan Benjamin di Medan, Jumat (10/3/2023).

Akibat pernyataan The Fed tersebut, kata Gunawan, pasar keuangan mengalami tekanan di akhir pekan ini. 

Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) terkoreksi 0.51% di level 6.765,30. Dan IHSG juga tidak sendirian, banyak bursa di Asia yang bertumbangan, bahkan indeks bursa saham Hang Seng terpuruk hingga 3% pada perdagangan hari ini. 

“Bursa di Eropa dan di Amerika juga mengalami keterpurukan yang tidak jauh berbeda,” katanya.

Sementara mata uang rupiah pada akhir pekan ini mencoba untuk melawan kuatnya tekanan US dolar. Rupiah pada perdagangan akhir pekan ini ditransaksikan dikisaran level 15.445 per US dolar, setelah sebelumnya mata uang rupiah sempat mengalami tekanan hingga ke level 15.500 per US dolarnya. 

Tekanan pada mata uang rupiah ini memicu spekulasi apakah nantinya Gubernur BI akan merubah sikapnya atau tidak.mKarena sebelumnya Gubernur BI menyatakan tidak akan menaikkan bunga acuan lagi. 

Hal ini menjadi tanda tanya besar, mengingat The FED justru bersikap sebaliknya. Dan pelemahan rupiah belakangan ini tidak bisa dianggap enteng karena semua akar masalahnya ada di Bank Sentral AS. 

“Kenaikan bunga acuan yang agressif di AS dan jika tidak diimbangi, akan lebih banyak menyisakan penderitaan bagi mata uang di banyak Negara termasuk Indonesia,” terangnya.

Sementara itu harga emas terpantau stabil setelah sempat terpuruk sesaat setelah Gubernur The FED menyampaikan pandangannya. Harga emas saat ini ditransaksikan dikisaran US$1.835 per ons troy, atau dikisaran Rp914 ribu per gramnya. *(ika)