Ticker

6/recent/ticker-posts

Header Ads Widget

Inovasi KBI Kembangkan Sistem Resi Gudang Bangkitkan Kesejahteraan Petani



Gudang penyimpanan sejumlah komoditas pertanian yang mengelola sistem resi gudang (SRG). suaratani.com - dok

SuaraTani.com – Medan| Sistem resi gudang (SRG) bukanlah hal yang baru di negeri tercinta Indonesia. Keberadaannya sejak tahun 2003 silam merupakan solusi jitu yang dilahirkan Pemerintah untuk menyelesaikan  permasalahan yang didahapi petani selama ini, terutama dalam hal pemasaran dan harga yang kerap anjlok saat panen raya tiba.

Sayang, diawal kehadirannya yang tergolong sempurna tidak mendapat respon signifikan dari stakeholder maupun pemerintah daerah yang memiliki SRG.  Dalam implementasinya di lapangan, Sistem Resi Gudang mengalami berbagai macam kendala dan masalah. 

Dari berbagai sumber yang dihimpun SuaraTani.com (internet), masalah utama adalah kurangnya pemahaman masyarakat, pelaku usaha, bahkan pihak lembaga keuangan terhadap mekanisme dan manfaat Sistem Resi Gudang itu sendiri. 

Tahun 2008, merupakan tahun awal implementasi Sistem Resi Gudang, barang yang disimpan dan Resi Gudang yang diterbitkan sebagian besar masih merupakan percontohan bukan berdasarkan kebutuhan. Inilah  yang menyebabkan nilai pembiayaan Resi Gudang pada tahun 2008 relatif kecil. 

Barulah pada Tahun 2009 melalui dana stimulus fiskal pemerintah pusat melalui Kementerian Perdagangan (Kemendag) bekerjasama dengan pemerintah daerah melakukan pembangunan gudang SRG di 34 daerah kabupaten yang tersebar di 10 propinsi di Indonesia. 

Disamping itu, secara paralel dilakukan pula pendekatan dengan pihak perbankan dan bersama dengan Kementerian Keuangan pada akhir 2009 terbitlah peraturan Menteri Keuangan Nomor: 171/PMK.05/2009 Tentang Skema Subsidi Resi Gudang yang mengatur tentang pemberian subsidi bunga kepada petani, kelompok tani, gapoktan dan koperasi tani untuk kredit yang menggunakan Resi Gudang sebagai agunannya. 

Secara Teknis operasional di lapangan peraturan Menteri Keuangan tersebut didampingi dengan Peraturan Menteri Perdagangan Nomor: 66/M-DAG/PER/12/2009 tentang Pelaksanaan Skema Subsidi Resi Gudang.

Beberapa stimultan yang diupayakan pemerintah terbukti mampu meningkatkan minat pelaku usaha terutama petani, kelompok tani, gapoktan dan koperasi tani untuk memanfaatkan Sistem Resi Gudang. 

Hal ini dapat dibuktikan dengan meluasnya daerah implementasi SRG yang diikuti dengan peningkatan jumlah Resi Gudang yang diterbitkan, volume komoditi, nilai barang dan jumlah pembiayaan Resi Gudang pada tahun 2010 yang cukup tajam. 

SRG Solusi Pembiayaan Petani

Jagung salah komoditas yang masuk dalam pembiayaan sistem resi gudang. suaratani.com - dok

Keberadaan sistem resi gudang (SRG) perlahan semakin dikenal dan hingga sekarang semakin bergema. Apalagi PT Kliring Berjangka Indonesia/KBI (Persero), melakukan banyak terobosan dalam meningkatkan pemanfaatkan SRG. 

Sebagai pusat regristrasi resi gudang sesuai Surat Keputusan Kepala Bappebti No.03/Bappebti/Kep-SRG/PUSREG/06/2009 Tentang persetujuan sebagai Pusat Registrasi kepada PT Kliring Berjangka Indonesia (Persero), PT KBI secara jor-joran melakukan pendekatan.

Pendekatan itu, mulai dari pemangku kepentingan (pemerintah), pengusaha (swasta), kelompok tani, pedagang,  peternak, petani garam dan lain sebagainya. 

Kalau diawal berdirinya, RSG hanya menangani bebarapa komoditas pertanian seperti padi (gabah), kopi dan jagung, kini berkembang menjadi 18 komoditas, mulai komoditas tanaman pangan, perkebunan, perikanan termasuk garam dan rumput laut, hingga peternakan (karkas). 

Menurut Direktur Utama PT Kliring Berjangka Indonesia (Persero), Fajar Wibhiyadi, dalam berbagai kesempatan kepada media,  jika ditinjau dari kelengkapan infrastrukur sistem dan keamanan, Sistem Resi Gudang merupakan sistem yang paling aman dan canggih dibandingkan dengan beberapa sistem yang pernah ada di Indonesia, seperti sistem tunda jual, dan gadai gabah.

Dalam Sistem Resi Gudang terdapat jaminan keamanan bagi perbankan karena semua data penatausahaan Resi Gudang terpusat di Pusat Registrasi dan diawasi oleh Badan Pengawas (BAPPEBTI). 

Fajar mengatakan, program kemitraan di Sistem Resi Gudang yang dilakukan KBI ini, salah satunya yaitu pinjaman dengan pola Jaminan Resi Gudang. Sistem pembiayaan perdagangan sangat diperlukan bagi dunia usaha untuk menjamin kelancaran usahanya terutama bagi usaha kecil dan menengah, termasuk petani yang umumnya menghadapi masalah pembiayaan karena keterbatasan akses dan jaminan kredit. 

Sistem Resi Gudang, dapat memfasilitasi pemberian kredit bagi dunia usaha dengan agunan inventori atau barang yang disimpan di gudang. Program Kemitraan dengan pola Jaminan Resi Gudang yang dilakukan KBI yaitu pinjaman dengan Jaminan Resi Gudang, diberikan kepada mitra binaan baik itu Perorangan, Kelompok Tani (POKTAN), Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan), maupun Koperasi. 

Lama pinjaman menurut Fajar, berdasarkan masa berlaku Resi Gudang yang dijaminkan. Dengan program ini para petani diharapkan dapat terhindar dari rentenir dan tengkulak.

Fajar juga menyebutkan, dengan program kemitraan sistem resi gudang,  akan memberikan manfaat kepada para petani dan pemilik komoditas, seperti mengurangi ketergantungan petani kepada tengkulak karena tersedia lembaga pembiayaan yang dapat memberikan financing dengan jaminan resi gudang (RG). 

Selain itu,  dapat meningkatkan kesejahteraan petani karena dapat melakukan tunda jual dan menghindari ‘keterpaksaan’ petani menjual komoditas dengan harga rendah, serta memberikan keleluasaan petani untuk merencanakan proses tanam hingga panen karena akan mempunyai modal yang cukup untuk membiayai keperluan produksi.

Teknologi Inovatif

Dirut KBI, Fajar Wibhiyadi (kiri) bersama Wamendag dan Ketua Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia (Aprindo) saat melakukan kerjasama terkait pemanfaatan Resi Gudang. suaratani.com - ist

Diusianya ke-37 tahun, Kliring Berjangka Indonesia (KBI) (Persero) telah melahirkan banyak terobosan dalam memajukan sistem resi gudang di Indonesia tercinta. Itu dilakukan untuk membangun Indonesia yang kuat, tangguh dan mandiri di bidang pangan serta mensejahterahkan masyarakat petani yang selama ini berada dalam ‘garis kemiskinan’.

Beberapa terobosan yang dilakukan KBI diantaranya menerapkan system IS-Ware NextGen. Dimana IS-Ware NextGen merupakan pengembangan dari Aplikasi Registrasi Resi Gudang yang telah digunakan sejak tahun 2010. 

Dan, untuk memudahkannya, PT KBI  (Persero) bersama Bappebti melakukan pelatihan tentang Mekanisme Penerbitan Resi Gudang; Penggunaan IS-Ware Next Gen, pada tanggal 11 Februari 2021. Pelatihan  secara daring tersebut diikuti  para calon pengelola gudang di seluruh Indonesia. 

“Bappepti akan terus melakukan sosialisasi serta edukasi terkait  SRG kepada masyarakat,” sebut  Kepala Biro Pembinaan dan Pengawasan Sistem Resi Gudang dan Pasar Lelang Komoditas  Bappebti, Widiastuti, pada pelatihan tersebut. 

Dengan Aplikasi yang berbasis Block Chain dan Smart Contract ini, akan menjadikan pelaksanaan registrasi resi gudang menjadi lebih aman karena didukung dengan teknologi yang handal dan terukur. 

Sosialisasi dan pendekatan masif yang terus dilakukan KBI telah membuahkan hasil nyata, tidak saja bagi Negara tapi juga bagi masyarakat pengguna SRG. Hal itu dapat dilihat dengan banyaknya jumlah gudang SRG di tanah air. Sampai saat ini, terdapat  224 gudang SRG yang tersebar diberbagai wilayah di Indonesia. 

Tidak hanya itu, PT KBI juga mencatatkan pertumbuhan yang signifikan sepanjang tahun 2015-2020. Di mana total pembiayaan dalam Program Kemitraan Sistem Resi Gudang mencapai Rp30,9 miliar. 

Dan, angka itu diproyeksikan semakin bertumbuh dengan dilakukannya kerja sama dengan berbagai stakeholder, seperti yang baru dilakukan KBI dengan Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia (Aprindo) terkait pemanfaatan Resi Gudang.

Menurut Dirut PT KBI (Persero) Fajar Wibhiyadi, upaya yang dilakukan itu merupakan bagian dari peran KBI sebagai akselerator ekonomi nasional.

Dengan adanya sinergi tersebut, gudang-gudang yang dimiliki para anggota Aprindo diharapkan bisa menjadi gudang SRG, sehingga bisa menjangkau daerah-daerah yang menjadi sentra komoditas.  

Fajar juga menyebutkan sepanjang tahun 2020, jumlah Resi Gudang yang diregistrasikan mencapai 428 RG dari 8 komoditas dengan volume 9.593.717 kg senilai Rp200,784 miliar.

Sedangkan di tahun 2021, sepanjang semester I jumlah Resi Gudang yang telah diregistrasi mencapai 230 RG.  Jumlah ini mengalami peningkatan sebesar 49% dibandingkan selama periode yang sama di tahun 2020, dimana Resi Gudang yang diregistrasi mencapai 154 RG.   

Dari sisi jumlah komoditas, sepanjang semester I 2021, jumlah komoditas yang masuk resi gudang mencapai 10 komoditas.  Sedangkan diperiode yang sama di tahun 2020, jumlah komoditas yang masuk resi gudang mencapai enam komoditas.  

Dari sisi volume barang, sepanjang semester I 2021 total volume komoditas yang diresigudangkan mencapai 5.517.288 kg, atau meningkat sebesar 44% dibandingkan periode yang sama di tahun 2020 dimana tercatat sebanyak 3.823.248 kg. 

Sedangkan dari sisi nilai barang, sepanjang semester I 2021 total nilai barang yang diregistrasikan ke resi gudang mencapai Rp170,995 miliar, meningkat 124% dibandingkan semester I 2020 dimana nilai barang yang diresigundangkan mencapai Rp76,186 miliar.

Sebagai Pusat Registrasi Resi Gudang, KBI  menurut Fajar akan terus melakukan sinergi dan aliansi dengan berbagai pihak, baik dengan sesama BUMN maupun pihak swasta. Melihat potensi yang ada, KBI optimis  pemanfaatan Resi Gudang akan terus tumbuh. Dirgahayu ke-37 PT Kliring Berjangka Indonesia! *  (junita sianturi)