SuaraTani.com – Medan| Kenaikan harga LPG nonsubsidi dikisaran Rp1.600 hingga Rp2.600 per kilogram (kg) akan mengawali tekanan daya beli masyarakat di tahun depan,setelah sebelumnya kenaikan cukai rokok juga akan memicu terjadinya kenaikan harga jual rokok.
Jadi di tahun depan, ancaman inflasi itu sudah mulai terlihat jelas. Dan kenaikan harga LPG non subsidi yang sudah terjadi sejak Senin kemarin tentunya akan mendapat resistensi dari para ibu rumah tangga.
Pemerhati ekonomi Sumatera Utara (Sumut) Gunawan Benjamin mengatakan, kenaikan harga LPG ini diambil seiring dengan kenaikan harga energi dunia.
Harga natural gas selama tahun 2021 mengalami kenaikan setidaknya 67% sejak awal tahun. Dan di tahun lalu harga gas alam juga mengalami kenaikan sebesar 12%. Memang tidak mudah untuk mensiasati kenaikan harga LPG ini, sehingga diambilah jalan menaikkan harga di tingkat konsumen.
Sayangnya, kenaikan harga gas diambil berbarengan dengan kenaikan sejumlah harga kebutuhan lainnya. Ditambah lagi memang ada kenaikan atau ancaman inflasi di tahun mendatang.
“Jadi yang saya kuatirkan justru bukan hanya kenaikan harga LPG non subsidi yang naik saat ini. Jika terjadi kenaikan pada komoditas energi dunia di tahun mendatang, bukan tidak mungkin harga bahan bakar yang lain juga berpeluang untuk disesuaikan atau naik harganya,” kata Gunawan di Medan, Selasa (28/12/2021).
Selain LPG kata Gunawan, Pertamina juga sudah mengumumkan kalau premium bakal dihapus, sementara Pertalite masih akan tersedia. Sekarang LPG harganya dinaikkan, dan potensi pemulihan ekonomi dunia di tahun depan juga berpeluang mendongkrak permintaan akan bahan bakar yang tinggi.
“Walaupun pada dasarnya harga gas alam dunia berfluktuasi, namun tren inflasi tinggi di negara maju saat ini menunjukan kalau kedepan adalah ancaman kenaikan harga yang lain dan sulit untuk dihindarkan,” katanya.
Disisi lain lanjut Gunawan, kita masih berpacu untuk memperbaiki daya beli masyarakat kita. Sayangnya belum ada kepastian kapan wabah pandemi Covid 19 ini akan hilang dan memulihkan kondisi ekonomi masyarakat.
“Jadi sebelum ekonomi tumbuh bagus, ancaman inflasi sudah ada di depan mata, sehingga pada dasarnya kita tidak bisa menyalahkan pemerintah atau pertamina secara sepihak,” terangnya.
Jadi ancaman inflasi di tahun depan sudah terlihat nyata. Untuk Sumut sendiri, selalu lebih baik dalam mengendalikan harga kebutuhan pangan dibandingkan dengan wilayah lain.
‘Tetapi khusus untuk Rokok, LPG, maupun penghapusan premium, maka tanpa terkecuali Sumut juga menghadapi masalah yang sama dengan wilayah lain,” tandasnya. *(ika)