SuaraTani.com – Simalungun| Setelah mengalami keterpurukan harga sejak beberapa bulan terakhir, saat ini petani bawang merah dapat sedikit tersenyum. Pasalnya, harga bawang merah di tingkat petani saat ini berkisar antara Rp13.000-Rp14.000 per kilogram (kg).
“Hari ini, harga bawang merah untuk bawang konsumsi di tempat kami naik sedikit menjadi Rp13.000-Rp14.000 per kg di tingkat petani dari harga sebelumnya berkisar Rp7.000-Rp10.000-an per kg,” kata Ketua Gapoktan Bersama, Rudi Tarigan di Nagori Saran Padang, Kecamatan Dolok Silau, Kabupaten Simalungun, Kamis (30/12/2021).
Rudi yang juga Ketua Kelompok Tani (Poktan) Ora Et Labora ini mengatakan, saat ini dirinya sedang memasuki masa panen bawang merah dengan produksi panen berkisar empat ton dari luas pertanaman berkisar seperempat hektare.
“Karena sudah sekian lama harga bawang selalu murah ditambah dengan harga pupuk yang selalu mengalami kenaikan, banyak petani yang merugi sebingga diprediksi untuk tahun 2022 petani bawang merah banyak yang beralih ke pertanaman lain,” ucap Rudi.
Rudi yang juga petani penangkar bibit bawang merah ini mengatakan, dengan rendahnya harga bawang merah selama ini sangat mempengaruhi harga jual bibit bawang merah yang ikut rendah, berkisar Rp25.000 per kg.
Karena itu, kata Rudi, dirinya tidak berani berspekulasi membuat stok bibit bawang merah dalam jumlah yang banyak pada musim panen kali ini.
“Saya hanya menyimpan bibit sebanyak 1,5 ton berlabel biru (benih sebar), selebihnya saya jual sebagai bawang merah konsumsi, mumpung harga konsumsi lagi naik,” sebutnya.
Di tahun 2020 dan 2021, kata Rudi, Desa Saran Padang adalah penyumbang produksi bawang merah terbanyak di Kabupaten Simalungun dengan luas pertanaman sebanyak 150-200 hektare per musim tanam. Sementara luas pertanaman bawang merah secara keseluruhan di Kabupaten Simalungun mencapai kurang lebih 507 hektare.
“Kebutuhan konsumsi bawang merah Simalungun berkisar 2.484 ton per tahun. Sementara produksi bawang merah tahun 2021 berkisar 2.888 ton per tahun. Sehingga Kabupaten Simalungun surplus berkisar 404 ton,” terangnya.
Atas surpus itu, lanjut Rudi, pada tanggal 24 November 2021 Simalungun menerima penghargaan tim pengendali inflasi daerah (TPID) Award 2021 dari Bank Indonesia Sumut dalam hal pengendalian inflasi daerah.
Karena itu, dia berharap Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah bersinergi memberikan perhatian kepada petani bawang merah atas kenaikan harga-harga pupuk non subsidi sehingga petani bawang merah tidak beralih ke pertanaman lain.
“Pupuk subsidi di Kabupaten Simalungun ini susah sekali didapat. Akibatnya, petani menggunakan pupuk non subsidi yang harganya juga sangat mencekik leher. Bayangkan saja, pupuk NPK non subsidi misalnya, saat ini harganya mencapai Rp700.000-an per sak (50 kg) dari sebelumnya hanya berkisar Rp450.000 per sak. Bagaimana petani mau memperoleh margin sementara harga jual bawang baik konsumsi maupun bibit juga anjlok,” terangnya. * (junita sianturi)