Ticker

6/recent/ticker-posts

Header Ads Widget

Biaya Produksi Naik Jadi Penyebab Harga Cabai Tinggi

Kepala KPPU Kanwil I, Ridho Pamungkas, saat mendatangi pusat perdagangan hortikultura di Kabupaten Karo, Senin (25/7/2022).suaratani.com-ist 

SuaraTani.com – Medan| Komisi Pengawasan Persaingan Usaha (KPPU) Kanwil I memantau langsung ke petani dan pedagang di Pasar Roga, yang merupakan pusat perdagangan hortikultura di Kabupaten Karo. Pantauan tersebut terkait masih tingginya harga cabai merah di pasaran yang mencapai Rp83.000 per kilogram (kg).

"Kita kemarin melakukan pemantauan langsung. Dan hasil pantauan di tingkat petani, penyebab sementara tingginya harga cabai diakibatkan pasokan yang kurang karena faktor cuaca serta naiknya biaya produksi,” kata Kepala KPPU Wilayah I, Ridho Pamungkas, di Medan, Selasa (26/7/2022). 

Berdasarkan keterangan dari petani, Bisma Sembiring, di Kecamatan Brastagi, Kabupaten Karo, harga cabai saat ini dijual ke Pasar Roga dengan harga Rp80.000/kg. Sementara petani dari Dolat Rakyat melempar ke pasar dengan harga Rp75.000. 

Harga tinggi ini sudah bertahan cukup lama karena memang pasokan cabai dari Tanah Karo tidak begitu banyak, ditambah adanya kegagalan panen cabai dari Aceh Tengah. 

Untuk jenis bibit cabai yang dikembangkan petani di Karo saat ini adalah jenis Hibrida. Diakui oleh Bisma, terjadi kenaikan biaya produksi dari awalnya Rp6.000/batang menjadi Rp 8.000/batang karena kenaikan harga pupuk dan tingginya pestisida. Untuk pupuk sendiri paling murah saat ini Rp18.000/kg. 

Selanjutnya cabai merah dari petani langsung dibawa pengepul ke pasar roga dan ditawar oleh pedagang besar untuk di distribusikan ke berbagai daerah seperti Medan yakni ke Pusat Pasar dan Pasar Induk Lau cih dan kabupaten/ kota lainnya di Sumut, juga sampai ke Aceh, Riau, Batam, dan Jambi. Dari pantauan harga di Pasar Roga di hari Sabtu (23/7/2022), harga cabai berkisar antara Rp.80.000-Rp.85.000 per kilogram. 

Di dalam hukum pasar, fluktuasi harga diakibatkan oleh faktor penawaran dan permintaan. Pada komoditi pangan, berkurangnya pasokan bisa terjadi karena faktor panen atau perilaku pelaku usaha yang sengaja menahan produksi. 

Dalam menekan biaya produksi, Ridho mendukung penuh upaya Pemprov Sumut untuk mengembangkan produksi pupuk organik. Selain itu, KPPU juga terua mengkaji pola distribusi cabai yang melibatkan berbagai pihak mulai dari petani, pengumpul, pedagang besar, dan pedagang eceran, dimana masing-masing lini distribusi memiliki struktur pasar yang mempengaruhi harga akhir yang diterima konsumen.

"Yang selalu menjadi masalah terkait cabe adalah manajemen stok mengingat cabe adalah komoditi yang tidak bisa bertahan lama. Saya ingatkan para pedagang besar yang menguasai stok agar tidak mempermainkan harga untuk mengeruk keuntungan" ungkap Ridho. *(rag)