SuaraTani.com – Gresik| Petrokimia Gresik, sebagai anggota holding Pupuk Indonesia mendukung peningkatan produktivitas tebu guna memenuhi kebutuhan gula nasional.
Hal ini disampaikan Direktur Utama Petrokimia Gresik, Dwi Satriyo Annurogo dalam acara “Panen & Tanam Demplot Program Makmur” kolaborasi dengan PT PG Rajawali I, di Desa Ganjaran, Kecamatan Gondanglegi, Kabupaten Malang beberapa waktu lalu.
Dwi Satriyo menyampaikan bahwa, produksi gula nasional saat ini masih belum mencukupi untuk memenuhi kebutuhan gula konsumsi di dalam negeri. Sehingga, produksi tebu yang merupakan bahan baku gula harus terus itingkatkan.
“Melalui kolaborasi yang kami bangun dalam program Makmur ini, Petrokimia Gresik berperan aktif mendukung pemenuhan gula nasional,” ujar Dwi Satriyo.
Di Kabupaten Malang, program Makmur terbukti berhasil meningkatkan rendemen dan produktivitas tebu dari 150 ton/Ha menjadi 160 ton/Ha.
Dengan demikian diperoleh manfaat ganda, dimana panen yang melimpah ini juga menjadi solusi bagi upaya peningkatan kesejahteraan petani tebu. Adapun peningkatan pendapatan petani naik sekitar Rp6,2 juta/Ha, dari Rp25,3 juta/Ha menjadi 31,5 juta/Ha.
“Jika pendapatan petani tebu meningkat, maka petani akan semakin termotivasi untuk menanam komoditas tebu. Selain itu juga akan menarik minat generasi muda untuk mengoptimalkan potensi yang ada,” ujar Dwi Satriyo.
Melalui program ini, Petrokimia Gresik memberikan jaminan penyediaan pupuk nonsubsidi kepada petani tebu binaan PT PG Rajawali I, yang merupakan bagian dari Holding Pangan ID FOOD.
Tidak hanya itu, Petrokimia Gresik juga melakukan kawalan budidaya, mulai dari pengujian tanah melalui layanan Mobil Uji Tanah, hingga penyediaan pestisida melalui anak perusahaan untuk pengendalian hama dan penyakit tanaman.
Selain PT PG Rajawali I, Petrokimia Gresik juga menggandeng Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Malang, Bank BRI, BNI, Asuransi Jasindo, Askrindo dan lainnya untuk membentuk sebuah ekosistem pertanian yang terintegrasi.
“Dengan demikian, petani bisa lebih fokus melakukan budidaya tanamannya tanpa harus memikirkan bagaimana mendapatkan modal dan menjual hasil panennya,” tandas Dwi Satriyo.
Terkait pemenuhan gula nasional, Direktur Holding Pangan ID FOOD, Frans Marganda Tambunan, membenarkan bahwa saat ini produksi gula nasional masih defisit dibandingkan kebutuhan konsumsi, ada selisih sekitar 780 ribu ton.
Ia pun mengungkapkan, pada tahun 2025 Presiden RI Joko Widodo mencanangkan swasembada gula konsumsi. Sehingga diperlukan upaya bersama melalui kolaborasi untuk mewujudkan target tersebut.
"Rendahnya produktivitas ini karena adanya tantangan yang kita hadapi diantaranya berkurangnya lahan tebu dan rendahnya produktivitas tebu. Inovasi yang dilakukan melalui program Makmur ini akan meningkatkan motivasi petani untuk kembali menanam tebu, sehingga lahan tebu semakin luas dan produktivitasnya pun tinggi," ujarnya.
Hal senada diungkapkan Bupati Malang, Sanusi, yang mengatakan bahwa rendahnya produktivitas tebu salah satunya disebabkan kondisi tanah di Malang yang kurang subur karena penggunaan pupuk tidak berimbang.
Ia menilai, inovasi Petrokimia Gresik melalui produk pengembangannya dapat menjadi solusi untuk mengembalikan kesuburan tanah agar hasil panen lebih melimpah.
Sementara itu, Senior Project Manager (SPM) Program Makmur Indonesia, Supriyoto menyampaikan bahwa, target Program Makmur tahun 2022 secara nasional mencapai 250.000 Ha untuk seluruh komoditas. Hingga Juni 2022, realisaisnya telah mencapai 168.550 Ha atau 67,42% dari target, dengan jumlah petani yang mengikuti program ini sebanyak 85.605 orang.
Di Provinsi Jawa Timur sendiri, program Makmur telah direalisasikan di lahan seluas 52.680 Ha untuk beragam komoditas, mulai padi, jagung, tebu, kopi, kentang, dan hortikultura yang tersebar hampir di semua kabupaten.
“Khusus untuk Kabupaten Malang, realisasinya telah mencapai 3.230 Ha, yang meliputi komoditas tebu, jagung, padi, dan kentang,” tandas Supriyoto.
Demplot Produk Terbaru Petrokimia Gresik
Selain panen, pada kesempatan ini juga dilaksanakan tanam perdana tebu dengan menggunakan produk terbaru Petrokimia Gresik, yaitu, ZA Plus dan NPK Petrocane.
Dwi Satriyo mengungkapkan hasil uji tanah menunjukkan bahwa kondisi tanah di Malang terbilang masam dengan pH dibawah 6 dan kekurangan komposisi hara N, K dan C Organik.
Padahal kondisi tanah yang masam dapat menyebabkan penyerapan pupuk menjadi tidak optimal. Sehingga untuk mengatasinya, selain menggunakan ZA Plus dan NPK Petrocane, dalam demplot ini juga menggunakan Kapur Pertanian Petrokimia Gresik.
Sedangkan unsur hara N dipenuhi melalui pemberian pupuk ZA Plus, yang juga dilengkapi unsur hara micro Zinc sebesar 1.000 ppm, dan kekurangan unsur hara lainnya dipenuhi melalui Petrocane yang memiliki formula NPK 15-10-15.
“Melalui demplot ini kami ingin mengedukasi sekaligus membuktikan kepada petani bahwa penggunaan produk nonsubsidi mampu meningkatkan hasil panen lebih optimal, sehingga petani tidak lagi bergantung pada pupuk subsidi,” tandasnya. *(junita sianturi)