Ticker

6/recent/ticker-posts

Header Ads Widget

Ketidaksiapan Saat Melahirkan Jadi Faktor Pendorong Stunting

Direktur Pemberdayaan Ekonomi Keluarga BKKBN, Ahmad Taufik, didampingi Manager CSR PT Pertamina Dian Hapsari saat diwawancarai, Kamis (10/11/2022).suaratani.com-ika

SuaraTani.com – Deliserdang| Kasus stunting di Indonesia tercatat masih cukup tinggi. Untuk menekan angka penderita stunting, Pemerintah bahkan melakukan gerakan bersama dengan menempatkan Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) sebagai ketua pelaksana program luar biasa penanganan stunting di Indonesia.

Sejak itu, BKKBN srcara terus menerus menggandeng berbagai lembaga untuk ikut ambil bagian, salah satunya Pertamina yang didorong mengimplementasikan program Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan (TJSL) di bidang kesehatan. 

Direktur Pemberdayaan Ekonomi Keluarga BKKBN, Ahmad Taufik, mengatakan, ada banyak faktor penyebab stunting.

“Tetapi mayoritas atau kebanyakan itu soal kurangnya kesiapan dalam melahirkan, terutama pada ibu usia muda. Kemudian kesalahan pada pola asuh di 1.000 hari pertama anak,” ujar Ahmad Taufik saat menyaksikan penyerahan rumah sehat yang dibangun Pertamina kepada penerima manfaat di Kelurahan Paluh Kemiri Kabupaten Deliserdang, Kamis (10/11/2022).

Kemudian, katanya, sarana-saran pendukung yang kurang mendukung juga dapat menyebabkan stunting. Misalnya kesehatan lingkungan, rumah sehat, sanitasi, jamban, dan lain sebagainya, termasuk juga edukasi kepada masyarakat.

“Karena perintah dari Presiden Jokowi menjadi koordinator, ketua pelaksana, tugas kami adalah menyatukan sumber-sumber daya yang tersedia, baik Pemda, swasta, BUMN, BUMD, untuk perang terhadap stunting,” tuturnya.

Secara nasional, disebutkan Taufik, angka stunting paling tinggi di NTT. Sedangkan di Sumut, paling tinggi di Mandailing Natal atau (Madina). Sedangkan paling baik di Aceh. 

“Ini perlu upaya yang luar biasa untuk menurunkan angka stunting atau gagal tumbuh anak di Indonesia,” pungkasnya. *(ika)