
Dalam ratas yang digelar di Istana Merdeka, Jakarta itu, Presiden memastikan kesiapan penyelenggaraan
pertemuan yang akan dihelat di Labuan Bajo, Kabupaten Manggarai Barat, Nusa
Tenggara Timur (NTT) pada tanggal 10-11 Mei mendatang.
“Baru saja Presiden memang memimpin pertemuan ratas dan
mengecek semuanya secara detail, termasuk urusan yang terkait dengan masalah
pengamanan, infrastruktur, kesehatan, dan sebagainya yang intinya semuanya on
the right track,” ujar Menteri Luar Negeri (Menlu) Retno LP Marsudi dalam
keterangannya usai menghadiri ratas.
Disebutkan Menlu, selama 2 hari penyelenggaraan KTT,
Presiden Jokowi akan mengikuti 8 pertemuan yang 7 di antaranya akan dipimpin
langsung oleh Presiden Jokowi.
Pertemuan tersebut yaitu sesi plenary dan retreat, pertemuan
IMT-GT (Indonesia, Malaysia, Thailand Growth Triangle), pertemuan BIMP-EAGA
(Brunei, Indonesia, Malaysia, Philippines East ASEAN Growth Area), serta
serangkaian pertemuan dengan parlemen, pebisnis, pemuda, dan high level task
force yang bertugas menyiapkan visi jangka panjang ASEAN,
“Jadi total ada 8 pertemuan, 7 pertemuan di antaranya itu
akan dipimpin oleh Bapak Presiden, karena yang BIMP-EAGA itu akan dipimpin oleh
PM [Perdana Menteri] Malaysia, karena rotasinya memang keketuaan BIMP-EAGA
sedang ada di Malaysia,” jelas Menlu.
Terkait lokasi untuk KTT ke-42, Menlu menyampaikan bahwa pemilihan
Labuan Bajo merupakan salah satu upaya pemerintah untuk mempromosikan destinasi
ini secara global.
“Jadi Indonesia adalah banyak [destinasi], nah kita lakukan
this time di Labuan Bajo,” ujarnya.
Mengenai substansi KTT ke-42 ASEAN, Retno menegaskan bahwa
keketuaan Indonesia tahun 2023 mendorong kawasan ASEAN yang lebih kuat dalam
menghadapi tantangan serta memperkuat ketahanan ekonomi ASEAN, sejalan dengan
tema yang diusung yaitu ASEAN Matters: Epicentrum of Growth.
“Untuk yang 42 ini konsentrasinya di “ASEAN Matters” dan
“Epicentrum of Growth”. Di “ASEAN
Matters” itu dokumennya terkait
bagaimana upaya ASEAN untuk meningkatkan, memperkuat diri, sehingga mampu
menghadapi tantangan ke depan. “Epicentrum of Growth” terkait dengan resiliensi
ekonomi ASEAN,” ujarnya.
Keketuaan Indonesia di ASEAN mendorong peningkatan
arsitektur kesehatan, peningkatan ketahanan energi di antaranya adalah
pengembangan ekosistem untuk kendaraan listrik atau electric vehicle (EV),
ketahanan pangan, serta stabilitas keuangan.
Menlu menyampaikan, dokumen yang akan menjadi kesepakatan
para pemimpin ASEAN saat ini tengah dibahas pada pertemuan tingkat senior
official meeting (SOM), yang selanjutnya akan dibahas pada tingkat pertemuan
menteri.
Selain mempersiapkan ASEAN menghadapi tantangan ke depan,
maka ada visi post 2025. Keketuaan Indonesia juga berusaha untuk membumikan
ASEAN dalam bentuk kerja sama proyek yang sifatnya konkret, seperti di bidang
kesehatan, di bidang ekonomi bersih dengan EV battery, kesehatan dengan one health initiative, kemudian
penggunaan local currency.
“Dan masih ada banyak lagi yang intinya adalah membumikan
kerja sama ASEAN sehingga dapat dimanfaatkan untuk kepentingan masyarakat,” pungkasnya.
*(desi)