Ticker

6/recent/ticker-posts

Header Ads Widget

Daya Beli Masih Terpuruk, Resesi di Sumut Berpeluang Berlanjut

 

Pemerhati Ekonomi Sumut, Gunawan Benjamin. suaratani.com - dok 

SuaraTani.com–Medan| Pertumbuhan ekonomi Sumatera Utara (Sumut)  tahun 2020 diketahui terkontraksi 1,07%. Capaian  ini memang masih lebih baik dari  capaian nasional yang terkontraksi 2,07%. Hanya saja yang menjadi kekhawatiran adalah melambatnya pertumbuhan ekonomi Sumut secara kuartalan. 

“Ini terlihat dari  pertumbuhan ekonomi Sumut di kuartal IV yang hanya bertumbuh 0,05% dibandingkan  kuartal III,” kata Pemerhati Ekonomi Sumut, Gunawan Benjamin Sabtu (6/2/2021), di Medan.

Ia menjelaskan, ekonomi di bulan Oktober-Desember 2020,  kinerjanya tumbuh tapi melambat. Padahal di kuartal IV  ada Natal, dan persiapan belanja besar masyarakat menjelang Tahun Baru. Namun yang terjadi justru sebaliknya, pertumbuhan secara kuartalan tidak terjadi lompatan besar. Inilah yang membuat pertumbuhan ekonomi Sumut minus 1,07% (c-to-c) atau selama tahun 2020. 

“Sebelumnya saya melihat Sumut itu  berpeluang untuk tumbuh negatif dikisaran angka satu persen tahun 2020. Jadi, memang tidak jauh dari perkiraan. Dan saya meletakkan dasar bahwa kuartal ke IV itu ekonomi Sumut seharusnya berputar jauh lebih kencang dibandingkan kuartal III yang notabene tidak ada perayaan besar keagamaan yang memicu belanja disitu,” ujar Gunawan.

Gunawan mengatakan, kalau kuartal ke IV 2020 lebih buruk dibandingkan kuartal ke IV 2019, kondisi itu sudah barang pasti terjadi. Membandingkan pertumbuhan ekonomi Sumut kuartal ke IV 2019 ke kuartal IV 2020 itu kontraksinya besar sekali, angkanya -2,96%. Lebh buruk dari nasional yang angkanya 2,19%. 

Apa yang bisa digambarkan dari perekonomian Sumut tersebut adalah masyarakat memiliki masalah serius di daya beli. Satu hal yang harus diingat, dalam setahun atau selama 2020, itu daya beli terus terpuruk. Yang telah digambarkan oleh penurunan pertumbuhan ekonomi yang negatif 1,07%. 

“Belanja di bulan Natal bagi umat Kristiani tak ubahnya belanja masyarakat muslim menjelang lebaran. Kalau kondisinya justru terkontraksi seperti itu, maka kita berada pada suatu kesimpulan besar bahwa belanja masyarakat Sumut menurun tajam,” katanya. 

Dilanjutkannya, dengan kondisi pandemi yang belum berakhir, ditambah respon kebijakan PPKM yang sedikit banyak mendorong terjadinya kenaikan harga  pada sejumlah komoditas pangan belakangan ini,  resesi ini berpeluang berlanjut di awal tahun ini.

“Kita tidak bisa  mengasumsikan bahwa pandemi Covid-19 teratasi, lantas kita bisa duduk tenang melihat pemulihan ekonomi terjadi dengan sendirinya. Karena kita tengah berhadapan dengan variabel yang tak bisa diprediksikan. Yang bisa merusak kinerja ekonomi seketika. Inflasi yang terbentuk selama akhir tahun memastikan bahwa kenaikan harga bukan karena pemulihan daya beli,” pungkasnya. * (ika)