Data yang dirilis Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Sumut menyebutkan, tahun 2020, pertumbuhan ekonomi terkontraksi 1,07% dari capaian tahun 2019 sebesar 5,22%.
“Dari sisi produksi, kontraksi tertinggi dialami oleh lapangan usaha transportasi dan pergudangan sebesar 12,77%, sementara dari sisi pengeluaran, kontraksi tertinggi dialami oleh komponen ekspor barang dan jasa sebesar 10,36%,” ujar Kepala BPS Sumut, Syech Suhaimi dalam paparannya, Jumat (5/2/2021), di Medan.
Syech mengatakan, berdasarkan sumber pertumbuhan ekonomi Sumut tahun 2020, sumber pertumbuhan tertinggi berasal dari lapangan usaha pertanian, kehutanan, dan perikanan sebesar 0,48%. Diikuti informasi dan komunikasi sebesar 0,18%. Real Estate 0,07%, dan jasa keuangan 0,04%.
Sementara sumber pertumbuhan ekonomi Sumut dari lapangan usaha lainnya, kata dia, mengalami kontraksi sebesar 1,84%.
“Kalau dilihat dari struktur PDRB Sumut, menurut lapangan usaha atas dasar harga berlaku pada tahun 2020, perekonomian Sumut masih didominasi oleh lapangan usaha utama, yaitu, pertanian, kehutanan, dan perikanan (21,33%). Industri pengolahan (19,29%), perdagangan besar dan eceran, reparasi mobil dan sepeda motor (18,88%) serta konstruksi (13,59%),” kata Syech.
Dijelaskannya, jika dilihat ekonomi Sumut triwulan IV 2020 dibanding triwulan IV-2019, maka mengalami kontraksi sebesar 2,94% (y-on-y). Dari sisi produksi, kontraksi tertinggi dialami oleh lapangan usaha transportasi dan pergudangan sebesar 16,93%.
Dari sisi pengeluaran, kontraksi tertinggi dialami oleh komponen ekspor barang dan jasa sebesar 15,12%.
“Tetapi jika dibandingkan triwulan III tahun 2020, ada pertumbuhan 0,05%, karena dipengaruhi adanya pilkada Kota Medan dan adanya perayaan Natal dan Tahun Baru," tambahnya.
Secara nasional, pertumbuhan ekonomi terkontraksi 2,07%. * (ika)