Ticker

6/recent/ticker-posts

Header Ads Widget

352 Ton Ikan di Samosir Mati Akibat Oksigen Terlarut Air Danau Toba Rendah

Fenomena kematian ikan secara massal yang dibudidayakan masyarakat melalui KJA di perairan Danau Toba dan berubahnya air menjadi keruh ternyata disebabkan dissolved oxygen (DO) atau oksigen terlarut rendah. foto: ist

SuaraTani.com - Medan| Fenomena kematian ikan secara massal yang dibudidayakan masyarakat melalui Keramba Jaring Apung (KJA) di perairan Danau Toba beberapa waktu lalu dan berubahnya air menjadi keruh ternyata disebabkan dissolved oxygen (DO) atau oksigen terlarut rendah. 

Oksigen terlarut air Danau Toba rendah disebabkan naiknya sedimen lumpur dari dasar Danau Toba akibat angin kencang dan ombak besar.

"Saat air Danau Toba keruh dan kondisi oksigen terlarut atau DO air berada pada 3,9 mili gram per liter (mg/l), itulah yang membuat ikan banyak yang mati. Tiga hari kemudian, DO air Danau Toba turun lagi menjadi 1,8 mg/l, di hari kelima DO air naik kembali menjadi 3,8 mg/l," kata Kepala Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Samosir, Edison Pasaribu kepada wartawan, Jumat (1/8/2025).

Saat ini kata Edison, tak ada lagi ikan mati dan warna air juga sudah normal, DO sudah berada pada posisi normal yakni antara lima sampat tujuh milli gram per liter. 

"Angin juga saat ini tak kencang lagi di sekitar perairan Danau Toba, Samosir,” kata Edison.

Untuk diketahui, dissolved oxygen (DO) atau oksigen terlarut ini mengacu pada jumlah oksigen yang tersedia dalam air dan dapat digunakan oleh organisme air untuk bernapas dan melakukan proses metabolisme. 

Jadi, bila DO air rendah maka ikan akan terganggu bernafas dan mengakibatkan ikan mati.

Edison Pasaribu mengatakan akibat angin kencang dan ombak besar yang terjadi lima tahunan ini membuat sendimen lumpur naik ke permukaan air Danau Toba dan itu membuat DO air naik. 

Sebelumnya, kata Edison, fenomena air Danau Toba berubah warna sudah pernah terjadi pada lima tahun lalu, biasanya terjadi pada saat musim kemarau panjang dan angin kencang.

“Ikan mati itu hanya di Desa Tanjung Bunga milik petani KJA. Banyak KJA di perairan Danau Toba, tapi yang mati itu hanya di satu tempat saja, di tempat lain tidak ada. Soal jumlah ikan yang mati persisnya kami tidak mengetahuinya, Dinas Ketapang dan Pertanian Samosir yang mengetahui persisnya,” jelasnya.

Kepala Dinas Ketapang dan Pertanian Samosir, Tumiur Gultom ketika dihubungi, Jumat (1/8/2025) mengatakan, jumlah ikan yang mati di perairan Danau Toba, Samosir, sebanyak 352 ton dengan kondisi mati dan kembung. 

Ikan yang mati tersebut milik petani KJA yang berada di Desa Tanjung Bunga, Kecamatan Pangururan, Kabupaten Samosir.

“Iya benar, ikan yang mati itu milik petani KJA di Desa Tanjung Bunga dan jumlah yang benar itu 352 ton. KJA itu milik 37 kepala keluarga sebanyak 677 petakan,” jelas Tumiur. * (junita sianturi)