Ticker

6/recent/ticker-posts

Header Ads Widget

Per Oktober 2021, Sumut Surplus Jagung Sebanyak 6.118 Ton

Tanaman jagung milik warga di Kota Medan. Per Oktober, Sumut berhasil surplus jagung hingga 6.118 ton.suaratani.com-ika

SuaraTani.com – Medan| Produksi tanaman jagung di Sumatera Utara (Sumut) untuk periode Januari hingga Oktober 2021 tercatat sebanyak 1.359.552 ton. Produksi jagung ini berasal dari luas panen 216.845 hektare (ha) yang tersebar di 31 kabupaten/kota di Sumut. 

“Karena ada dua kabupaten yang tidak memiliki lahan yang ditanami jagung, yakni Kota Sibolga dan Kabupaten Nias Barat,” ujar Pelaksana tugas Kepala Dinas Tanaman Pangan dan Hortikultura Sumut Bahrudin Siregar saat dihubungi, Senin (22/11/2021).

Baharuddin menyebutkan, untuk tanaman jagung, daerah yang memiiliki luas tanam terbesar ada di Kabupaten Karo yang mencapai 99.288,4 ha. Dari luas tanam tersebut, lahan yang panen  mencapai 92.541,2 ha dengan produksi mencapai 639.032,2 ton. 

“Jadi rata-rata produktivitas lahan mencapai 69,05 kwintal per ha,” sebutnya. 

Ditambahkannya, Selain Kabupaten Karo, Sumut memiliki sejumlah kabupaten yang menjadi sentra tanaman jagung, yakni  Padang Lawas, Mandailing Natal, Simalungun, Serdangbedagai, Tapanuli Selatan, Langkat dan juga Padang Lawas Utara. 

“Termasuk juga Dairi yang  hingga Oktober lalu menghasilkan 206.800 ton dari luas panen 35.507,0 ha, dengan rata-rata produktivitas mencapai 58,24 kwintal per ha,” tambahnya. 

Dengan hasil produksi ini, lanjutnya, hingga Oktober, Sumut  sudah surplus jagung sebanyak 6.118 ton.

“Karena kebutuhan jagung Sumut itu sebanyak 1.353.434 ton, sementara produksi kita kan sudah mencapai 1.359.552 ton,” pungkasnya. 

Sebelumnya, pengamat pertanian dari Universitas Sumatera Utara (USU) Profesor Abdul Rauf mengatakan kalau Sumut memiliki potensi yang besar untuk tanaman jagung. Hal ini dikarenakan daerah di Sumut memiliki kesesuaian agroklimat. 

“Karena itu, hampir semua kabupaten/kota mengembangkan tanaman jagung, mulai dari pertanian di dataran tinggi mau pun dataran rendah. Karena itu, wajar kalau kita surplus untuk jagung,” sebutnya. 

Meski demikian, tetapi produksi jagung yang surplus belum mampu menstabilkan harga jagung yang sempat bertahan di atas Rp5 ribu mengakibatkan peternak ayam petelur terancam gulung tikar karena tak mampu membeli pakan. *(ika)