Ticker

6/recent/ticker-posts

Header Ads Widget

Maret Hingga Mei Sumut Minus Jagung dan Surplus Kembali di Juni-Juli

Produksi jagung di Provinsi Sumatera Utara (Sumut) pada April 2022 diperkirakan sebesar 74.894 ton. Produksi ini menurun dibanding perkiraan produksi jagung Maret 2022 sebesar 83.468 ton. suaratani.com - ist

SuaraTani.com – Medan| Produksi jagung di Provinsi Sumatera Utara (Sumut) pada April 2022 diperkirakan sebesar 74.894 ton. Produksi ini menurun dibanding perkiraan produksi jagung Maret 2022 sebesar 83.468 ton.

Berdasarkan data yang diperoleh dari Dinas Tanaman Pangan dan Hortikultura (TPH) Sumut, produksi jagung Sumut tidak mampu memenuhi kebutuhan jagung lokal. Artinya, produksi jagung Sumut di bulan April  mengalami minus sebesar 50.118 ton dari kebutuhan jagung berkisar 125.012 ton.

Dari data itu juga diketahui bahwa rendahnya produksi jagung terjadi sejak bulan Maret lalu. Di mana produksi jagung pada Maret hanya berkisar 83.468 ton sementara kebutuhan mencapai 115.521 ton dengan begitu, minus sebesar 32.053 ton. 

Begitu juga dengan produksi jagung pada Mei 2022, juga diperkirakan tidak mampu memenuhi kebutuhan lokal.  Dimana produksi jagung pada bulan Mei diperkirakan sebesar 64.078 ton sementara kebutuhan mencapai 148.312 ton, dengan begitu minus 84.234 ton.

Tetapi di bulan Juni dan Juli 2022, produksi jagung Sumut akan mengalami surplus masing-masing sebesar 21.658 ton dan 111.617 ton.

Menurut Plt Kepala Dinas TPH Sumut,  Bahruddin Siregar, produksi jagung Sumut periode Januari-April 2022, sebesar 471.959 ton. Dengan rincian Januari sebesar 181.864 ton, Februari 131.733 ton, Maret 83.468 ton, dan April 74.894 ton.

“Jadi, Januari dan Februari 2022 merupakan puncak panen jagung kita dan kita mengalami surplus masing-masing sebesar 56.210 ton dan 8.214 ton. Dimana kebutuhan jagung di Januari sebesar 131.655 ton dan di Februari sebesar 123.519 ton,” kata Bahruddin, Rabu (4/5/2022) di Medan. 

Di bulan April, kata Bahruddin, produksi jagung tertinggi diperoleh dari Kabupaten Simalungun sebesar 26.206 ton, disusul Kabupaten Deliserdang sebesar 10.255 ton, Samosir 5.816 ton, Humbahas 5.799 ton dan Dairi 5.105 ton. 

Sedangkan untuk produki jagung Sumut di bulan Mei ini, akan disumbang oleh Kabupaten Karo dengan perkiraan produksi sebesar 16.275 ton, disusul Kabupaten Dairi sebesar 12.626 ton, Simalungun 12.319 ton, Deliserdang 2.357 ton dan Kabupaten Batu Bara sebesar 2.233 ton.   

“Kabupaten lainnya ada, tetapi produksi yang diperoleh rendah karena luas pertanaman juga rendah,” jelasnya. 

Dan, untuk Juni dan Juli, perkiraan produksi jagung di Sumut menurut Bahruddin, masing-masing sebesar 173.138 ton dengan tingkat kebutuhan berkisar 151.480 ton. Kemudian, di Juli produksi berkisar 238.729 ton dengan kebutuhan berkisar 127.112 ton.

Menurut Bahruddin, rendahnya produksi jagung di periode April hingga Mei ini, kemungkinan disebabkan karena petani masih mengutamakan tanaman padi, kemudian karena bantuan benih jagung masih sedikit yang baru tersalurkan. Di mana proses pengadaan benih bantuan langsung dilakukan pusat.

“Kita harapkan bantuan benih jagung akan dilanjutkan setelah libur Idulfitri 1443 H. Dan, kami juga berharap begitu bantuan benih sampai ke tangan petani agar langsung ditanam. Dengan begitu benih yang disalurkan tidak rusak, karena tiap benih memiliki masa kadaluarsa. Jadi, jangan benih sudah disalurkan, disimpan petani, tidak langsung di tanam. Nah, begitu petani mau tanam, masa kadaluarsa benih habis, akibatnya tanaman tidak tumbuh dengan baik. Ujung-ujungnya, petani protes menybut benih yang disalurkan tidak bermutu,” kata Bahruddin.

Selain itu, kata dia, dengan cepatnya petani menanam jagung maka kebutuhan jagung lokal juga dapat terpenuhi dengan baik. 

Namun, secara totalitas, lanjut Bahruddin, untuk tahun 2022, produksi jagung Sumut ditargetkan sebesar 1.647.757 ton dengan tingkat kebutuhan sebesar 1.592.897 ton. Dengan begitu, Sumut mengalami surplus jagung sebesar 54.860 ton.

“Tiap tahun, kita memang mengalami surplus jagung, meskipun ada di bulan-bulan tertentu kita minus. Karena petani tidak hanya menanam jagung saja, tetapi lebih mengutamakan menanam padi. Setelah padi barulah petani menanam jagung,” jelasnya.* (junita sianturi)