Ticker

6/recent/ticker-posts

Header Ads Widget

Mei, Produksi Beras Sumut Diperkirakan 138.939 Ton

Plt Kadis Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura Sumut, Bahruddin Siregar saat acara berbuka puasa bersama sejumlah media, Kamis (28/4/2022) di Kantor Dinas TPH Sumut, Jalan AH Nasution, Medan. suaratani.com - junita sianturi
 

SuaraTani.com – Medan| Perkiraan produksi gabah kering giling (GKG)  di Provinsi Sumatera Utara (Sumut) untuk bulan Mei 2022, sebanyak 235.371 ton atau 138.939 ton  setara beras. Angka ini meningkat dibanding April 2022 sebesar 234.319 ton atau 138.318 ton setara beras.

Perkiraan produksi GKG ini menurut Plt Kepala Dinas Tanaman Pangan dan Hortikultura (TPH) Sumut, Bahruddin Siregar diperoleh dari hasil panen petani di sejumlah kabupaten kota di Sumut, yang terjadi di bulan Mei 2022.

“Sebagian besar wilayah di Sumut akan melakukan panen padi di bulan Mei ini namun jumlah atau produksinya tidak terlalu besar,” kata Bahruddin saat acara berbuka puasa bersama sejumlah media, Kamis (28/4/2022) di Kantor Dinas TPH Sumut, Jalan AH Nasution, Medan.  

Berdasarkan data perkiraan produksi padi per bulan yang disampaikan Dinas TPH Sumut, perolehan produksi GKG tertinggi pada Mei, antara lain Kabupaten Tobasa dengan perkiraan produksi GKG sebanyak 33.234 ton atau naik dibanding produksi GKG pada April 2022 sebesar 19.548 ton.

“Puncak panen padi di Tobasa di bulan Mei ini, makanya produksi mereka tertinggi di bulan ini dibanding daerah lainnya,” kata Bahruddin.

Kemudian, Kabupaten Simalungun dengan perkiraan produksi sebanyak 27.865 ton, disusul Kabupaten Madina sebanyak 25.334 ton, Padanglawas Utara 19.609 ton.

Selanjutnya, Karo sebanyak 16.899 ton, Tapanuli Utara (Taput) sebanyak 15.734 ton dan Kabupaten Tapanuli Selatan (Tapsel) sebanyak 15.012 ton.

Untuk daerah lainnya, kata Bahruddin, panen selalu ada namun produksinya tidak sebanyak daerah-daerah di atas, kecuali untuk Labuhanbatu mulai April sampai dengan Juni mendatang tidak ada panen. Terakhir panen terjadi di bulan Maret dengan perkiraan produksi berkisar 6.567 ton.

Kemudian, Labuhanbatu Utara (Labura), lanjut Bahruddin, juga tidak ada panen sampai Juni mendatang dengan panen terakhir Maret 2022 sebanyak 9.483 ton GKG. Begitu juga dengan Nias Utara, Kota Sibolga, Tanjungbalai dan Tebingtinggi tidak ada pertanaman. Karena memang, luas pertanaman padi di wilayah tersebut sangat sedikit.

“Namun, secara totalitas, perkiraan produksi gabah kita untuk Mei ini sebanyak 235.371 ton. Memang lebih sedikit dibanding Januari, Februari dan Maret 2022 lalu,” kata Bahruddin.

Dimana untuk Januari, perkiraan produksi GKG Sumut mencapai 368.660 ton, Februari sebanyak 327.156 ton dan Maret merupakan puncak panen gabah dengan produksi yang diperoleh berkisar 470.054 ton.

“Mulai April sampai dengan Juli mendatang, produksi kita mengalami penurunan karena banyak daerah yang masih melakukan penanaman. Untuk kemudian, produksi kembali meningkat di bulan Agustus dan September mendatang,” jelasnya.

Tetapi, pada prinsipnya, kata Bahruddin, tiap bulan Sumut selalu melakukan panen dengan jumlah produksi yang bervariasi. 

Dari perkiraan produksi gabah yang diperoleh pada bulan ini, menurut Bahruddin, tidak akan mampu memenuhi kebutuhan beras untuk masyarakat Sumut. Dimana produksi sebesar 235.371 ton GKG atau 138.939 ton setara beras, sementara kebutuhan beras di bulan Mei diperkiraan sebesar 161.013 ton maka Sumut akan minus beras sebanyak 22.073 ton. 

Sama dengan perkiraan produksi GKG yang diperoleh di bulan April 2022 sebanyak 234.319 ton atau 138.318 ton setara beras.

“Kita juga minus sebesar 17.525 ton, dengan kebutuhan beras di bulan April sebanyak 155.843 ton. Kenapa minusnya lebih banyak di bulan Mei ini? Karena momen Lebaran Idulfitri 1443 H dimana banyak orang yang pulang kampung atau berlebaran ke Sumut. Otomatis masyarakat yang mengonsumsi juga lebih banyak dengan kata lain kebutuhan beras kita jadi meningkat,” terangnya.

Begitupun, kata dia, kebutuhan beras di Sumut tidak akan kekurangan karena ditutupi dengan produksi yang terjadi pada bulan-bulan sebelumnya yang merupakan puncak panen padi.

Selain itu, dalam tata niaga perdagangan beras, Sumut juga menerima pasokan beras dari lainnya seperti Aceh, dan sebaliknya, beras yang diproduksi petani Sumut pasarannya juga sudah menjangkau Pekanbaru (Riau), Jambi dan daerah lainnya bahkan ada juga yang sudah diekspor seperti ke Malaysia.

“Namanya perdagangan, kita tidak bisa melarangnya. Tetapi kebutuhan beras di Sumut juga tidak pernah kekurangan, itu terlihat dengan harga beras yang selalu stabil di pasaran," ucap Bahruddin. * (junita sianturi)